Yohanes 14:27
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
Bacaan setahun : Mazmur 8; Wahyu 14; Nehemia 8-9
Di daerah tempat tinggal saya ada sebuah toko yang cukup terkenal. Toko ini menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga dengan harga yang sangat murah. Dibandingkan dengan toko-toko lainnya, tidak satu barang pun di tempat ini yang harganya lebih mahal dari toko lainnya.
Namun ditengah kesuksesan toko ini ada kisah sedih di dalamnya. Pemilik toko adalah seorang anak tunggal, yang tidak punya pilihan selain meneruskan toko milik kedua orang tuanya. Toko ini awalnya hanya kios biasa milik pasangan suami istri yang meninggal bersamaan dalam satu kecelakaan lalu lintas beberapa tahun yang lalu. Anak remaja berusia 15 tahun kala itu, akhirnya memutuskan hanya menempuh pendidikan hingga SMA, agar bisa segera memajukan usaha almarhum kedua orang tuanya.
Kesuksesan yang diraihnya ini terlihat sangat membanggakan. Namun dalam kesuksesannya ini, ada ketakutan berlebih yang mengiringi hidupnya. Sebagai seorang Kristen, ia tetap membuka tokonya di hari Minggu. Bahkan tak sekalipun ia ada dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan oleh gerejanya. Keadaan seperti ini sangat jauh dari kata damai yang Alkitab katakan.
Hidup seperti ini tentulah bukan hidup yang Tuhan rancangkan bagi anak-anak yang dikasihi-Nya. Hidup yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran tentang masa depan, serta menjauh dari hadirat Allah.
Tidak salah jika kita harus bekerja untuk memenuhi keperluan keluarga, terlebih jika dari pekerjaan kita maka ada alokasi “dana yang disengaja” untuk membantu pelayanan di gereja. Namun sesungguhnya Tuhan mau ada hubungan baik dalam keluarga, masyarakat, bahkan kehidupan bergereja. Harus ada waktu kita untuk bersosialisasi dengan sesama dan bergaul akrab dengan Allah.
Saat kita bisa memahami dan mengenal Allah dengan benar, kita mentaati semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Maka kita akan bisa menikmati keindahan melalui berkat yang Tuhan berikan.
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”. (Efesus 2:10)
Roh Kudus adalah penghibur, penolong dan pemberi damai sejahtera yang sejati. Sebagai anak Tuhan harusnya setiap kita memahami bahwa kedamaian sejati hanya berasal dari satu sumber, yaitu Yesus sendiri. Saat Yesus akan meninggalkan para murid, janji-Nya yang harus terus diingat bahwa - “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu”. (Yohanes 14:18)
Saat kita bergaul semakin intim dengan Allah, maka penyertaan-Nya akan semakin kita rasakan. Segala ketakutan, kekhawatiran tidak akan pernah ada lagi. Karena kita benar-benar bergantung sepenuhnya akan penyertaan Tuhan.