2 Tawarikh 20: 12
Karena kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar
ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan,
tetapi mata kami tertuju kepada-Mu.
Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 21; Efesus 4; Pengkhotbah 8-9
Aku merasa rumahku penuh dengan ketenangan. Walaupun email,
telepon dan media sosial membuatku terhubung kepada dunia, tapi komunikasi langsungku
dengan orang lain hanya sebatas lambaian tangan ke tetangga dan percakapan singkat dengan putriku yang berjualan makanan.
Bahkan kalau kita dalam keadaan sehat di tengah pandemi ini,
kita masih tetap kehilangan sesuatu yang berharga: waktu bersama orang yang kita kasihi.
Sebagai salah satu kategori yang rentan terhadap virus, aku harus
tetap tinggal di rumah. Itu artinya aku juga tidak bisa mendapatkan pelukan
dari cucu-cucuku, tidak boleh ada kunjungan dengan teman-teman dan tanpa perkumpulan
keluarga di meja makan di hari Minggu. Perkumpulan pendalaman Alkitab bahkan harus dipindahkan melalui aplikasi Zoom. Ibadah gereja sendiri dibuat secara online.
Daripada memilih mengeluh, aku memutuskan untuk memanfaatkan hari-hari
ini sebaik mungkin. Aku ingat tentang doa Raja Yosafat. Dimana dia harus mengatur
pasukan untuk peperangan besar, lalu dia mengumpulkan semua orang dan berseru kepada Tuhan.
"Kami tidak
tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu." (2 Tawarikh 20: 12)
Tidak ada serombongan pasukan perang yang mendatangiku. Tapi
hidupku begitu berubah. Aku bisa dengan mudah berkecil hati karena hidup di
tengah kesepian, berita-berita mengkuatirkan dan penjara. Lalu aku mencoba untuk menyampaikan doa Yosafat.
Lalu Tuhan menjawab doaku lewat setumpuk kotak di lemari.
“Ada proyek yang tidak dilakukan karena kamu tidak punya waktu:
membongkar foto, membuat album foto, dan menyortir momen-momen kenangan.
Sekarang kamu punya waktu,” ungkapku dalam hati. Aku pun menyelesaikan proyek ini.
Walaupun masa istirahat ini terasa berantakan, tapi berkat sejati datang lewat mengenal
dan mengingat kesetiaan Allah dalam hidupku. Foto-foto itu mengungkapkan warisan
kakek-nenek imigran, persahabatan selama bertahun-tahun, rumah-rumah yang kami
tinggali, pekerjaan yang silih berganti, dan kelahiran anak-anak yang mengasihi Tuhan.
“Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan.” (Mazmur 36: 5)
Di sisi
lain, aku mulai mengeluh. Menjalani hari-hari yang panjang tanpa melakukan banyak hal.
Kesannya jelas, “Kamu mungkin jauh secara sosial dari orang
lain. Tapi tidak dariKu. Gunakan waktu ini untuk bertumbuh.” Dengan kopi,
Alkitab, ibadah dan jurnalku, waktu sunyiku menjadi tidak membosankan. Bagian-bagian Alkitab yang familiar ada di dalam aplikasi.
“Orang yang
duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa.” (Mazmur 91: 1)
Dan di hari lain, aku bingung harus pergi kemana.
Aku melihat kalender yang kosong dan mulai mengevaluasi cara mengisi
ruang saat gak ada rumah yang membuka pintunya untuk orang lain. Lalu aku berpikir tentang perbedaan antara mana yang perlu dan yang diinginkan.
“Ajarlah
kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90: 12)
Tiba di satu hari yang sangat baik. Aku bisa melakukan dua hal sekaligus.
Aku harus tetap tinggal di rumah dan memerikan dukungan dari
jauh. Aku tahu dua keluarga yang berduka, yang lain sendirian dan kesepian. Doa,
panggilan, kartu dan pesan adalah pelayanan. Aku memberikan hadiah kepada
tetanggaku dan mendukung pasangan muda yang melangsungkan pernikahan mereka di halaman belakang dengan lambaian tangan.
“Karena itu
nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang
memang kamu lakukan.” (1 Tesalonika 5: 11)
Di tahun-tahun ke depan, kita akan berbagi kenangan tentang masa bersejarah di tengah pandemi ini. Mudah-mudahan kita bisa berbagi tentang pertumbuhan yang kita alami walaupun kita harus tetap tinggal di rumah, mengingat kesetiaan Tuhan, berjalan lebih jauh dan menjangkau orang lain meskipun dari rumah. Dan di atas semuanya itu, kita bisa mengingat bahwa doa Yosafat selalu relevan di segala musim.
Hak cipta Marilyn Nutter, digunakan dengan izin CBN