Terry Meeuwsem: Menolak Kata Tuhan Untuk Kekayaan
Kalangan Sendiri

Terry Meeuwsem: Menolak Kata Tuhan Untuk Kekayaan

Angelia Agatha Official Writer
      5748

"Dan orang akan berkata: "Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi." Mazmur 58:12


Bacaan Alkitab Setahun  : [kitab]Mazmu58[/kitab]; [kitab]Marku2[/kitab]; [kitab]Imama26-27[/kitab]


Ada cerita yang menghantuiku mengenai Yesus yang bertemu dengan seseorang yang tidak diketahui namanya, orang pemuda kaya yang melakukan perjalanan terakhirnya ke Yerusalem.

Pemuda tersebut seorang pemimpin yang bahkan nominal uang di banknya bisa membuat seluruh laki-laki yang lebih tua di Yudea iri hati. Tapi disana ada kekosongan hatinya, yang menuntunnya mencari Tuhan.

Dibalik semua status kekayaanya, pemuda ini memiliki hati yang lapar. Kitab Markus menceritakan kita bahwa dia berlari kepada Yesus, sampai berletut dihadapan-Nya. Kamu tahu sendiri kisahnya. Dia menanyakan kepada Yesus apa yang harus dilakukan untuk memiliki kehidupan yang kekal. Ia tahu perintah-Nya, melaksanakannya sedari muda.

Tapi ada sesuatu lebih, dan dia tahu itu. Ia bersungguh-sungguh menginginkannya. Tapi apakah dengan segenap hatinya? Tidak juga.

Markus berbicara bahwa Yesus melihatnya dan mengasihinya.

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Markus 10:21

Undangan untuk hidup dalam rencana Allah keluar dari mulut Anak Allah sendiri,  “Ini misimu, seharusnya kamu memilihnya…” Tapi kita tahu bahwa pemuda ini tidak menerima misi tersebut. Kita tahu bahwa ia “pergi dengan sedih.” Dalam bahasa aslinya menunjukkan bahwa ia bukan hanya merasa sedih. Ia berduka. Hatinya sangat berat. Semua di dalam dirinya mengatakan bahwa keputusannya salah, namun ia sudah mengambil keputusan. Yesus tidak meminta uangnya, Ia ingin mengubah identitasnya. Dia mengundang pemuda itu hidup dengan cara hidup yang baru. Bisa dibayangkan bukan? Bahwa undangan Tuhan masih ada untuk kita pada saat ini.

Tapi apa yang terjadi jika pemuda itu menerima tawaran Yesus? Apa yang terjadi apabila pemuda yang di lubuk hatinya yang mencintai Tuhan, mengambil napas panjang dan setuju akan perintah Tuhan dan pulang ke vila miliknya dan menjual semua yang ia punya, kecuali pakaian yang dipakai. Apa yang terjadi jika ia menjual asset-asetnya dan membagikan hasilnya untuk pelayanan orang miskin di kota-kota dan di desa-desa seluruh Yudea. Kemudian, bayangkan pemuda itu berlari kembali kepada Yesus dan tersungkur di depan-Nya dan berkata, “Guru, aku sudah melakukannya. Semuanya sudah tidak ada. Semuanya dijual. Tuntun aku, Tuhan!”

Apa yang akan terjadi pada hidupnya sejak pada saat itu?

Kita tidak akan tahu, tentu saja. Tetapi karena kita tidak akan bisa melihat apa yang terjadi di kemudian hari, bijaknya kita memilih untuk mengikut Tuhan, apapun yang Ia minta, tidak perduli kemana Ia tuntun. Meskipun mengarah kepada salib.

Ikuti Kami