Kemunafikan Bukanlah Iman
Kalangan Sendiri

Kemunafikan Bukanlah Iman

Budhi Marpaung Official Writer
      5103
Matius 6:5
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya."
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu45[/kitab] ; [kitab]Kisah17[/kitab] ; [kitab]Kelua39-40[/kitab]
Di gereja kita memperhatikan sekitar dan berpikir semua orang di kursi yang ada di kanan-kiri, depan-belakang adalah kudus, rohani dan bijaksana. Mereka tidak pernah menggunakan bahasa yang buruk, berperilaku berlebihan saat berada di pesta, marah besar kepada pasangan mereka, berteriak kepada anak-anak mereka, mengeluh tentang pekerjaan mereka atau menonton tayangan-tayangan sampah yang ada di TV.
Lihatlah lebih dekat. Setiap orang yang duduk di kursi tersebut adalah manusia dan memiliki banyak godaan, kelemahan dan kekurangan seperti kamu.
Jika kamu datang ke gereja dengan ilusi ini, lepaskanlah penutup matamu. Apabila kamu datang ke gereja dan mencoba untuk menciptakan ilusi tentang diri kamu, lepaskanlah topengmu. Satu-satunya cara kita benar-benar dapat mengenal satu sama lain sebagai saudara dan saudari dalam Kristus adalah dengan menjadi siapa kita sebenarnya dan biarkanlah itu yang tampak kepada sekeliling kita.
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." Matius 6:5
Selalu ada ruang untuk meningkatkan diri dan mengejar kesucian harus menjadi bagian penting dari kehidupan setiap orang, tapi tidak ada ruang untuk "orang-orang Kristen yang sempurna" di gereja kami. Itu karena mereka tidak berada di sisi Surga.
Berikut ini adalah kutipan dari sebuah postingan di blog dari Holly Pelz (digunakan dengan izin):
... Aku sudah hampir merasa  bahwa diri saya ini adalah seorang kristen yang gagal. Aku selalu mengerti kesuksesan kerohanianku akan diukur dengan seperangkat aturan tak tertulis, dan jika aku melakukan ABCD, barulah aku akan dianggap sebagai seorang Kristen yang baik.
Aku tahu segala sesuatu tentang bagaimana tampil suci- bagaimana bertindak, menyembah, berdoa, menanggapi dengan jawaban "Tuhan", dll. Aku ingin cocok dengan komunitas Kristen, tapi entah bagaimana aku tidak pernah merasa cukup baik. Akhirnya, justru kepalsuan ini mengambil alih dan aku tinggal di sana, menipu diriku sendiri.
Dalam eksistensi ini, aku selalu mengalami pengalaman dimana aku iri secara spiritual. Aku menatap orang-orang di sekitarku, bertanya-tanya apa rahasianya, bagaimana mereka bisa mengalami Tuhan begitu intim. Dan aku tinggal dengan rasa takut. Ketakutan orang melihat yang sebenarnya diriku.
Dan sekarang ... aku sudah selesai. Menunjukkan sikap bahwa "segala sesuatu luar biasa, aku telah mendapatkannya, aku sungguh-sungguh orang yang rohani, dll" begitu melelahkan. Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku meyakini bahwa aku mengalami kebebasan dalam Kristus, kebebasan dari rasa bersalah dan kebebasan untuk menampilkan siapakah diriku. ... Waktuku bersama Tuhan mungkin sedikit tidak konvensional, aku mungkin melalui fase di mana aku merasa seperti kekacauan yang tidak konsisten, dan aku akan membuat kekeliruan demi kekeliruan -  tetapi tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.
Di gereja (dan dengan teman-teman gereja) lebih dari di tempat-tempat yang lain kita harus menjadi nyata dan saling mencari keotentikan. Jika orang lain menempatkan kamu pada sebuah pedestal, kamu hanya memiliki satu cara untuk bergerak: ke bawah. Jika kamu mengagumi atau mengidolakan beberapa "raksasa rohani", kamu pasti akan kecewa.
1 Timotius 6:6  mengatakan, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." Ketika kita membuka kehidupan kita dan membiarkan sinar terang Tuhan sehingga orang lain bisa melihatnya, mereka akan cenderung untuk melakukan hal yang sama. "Timotius" akan meminta bimbingan dan "Paulus" dengan bebas menawarkan kebijaksanaan ketika muncul persahabatan yang berpusat pada Kristus.
Kesalahan dan kegagalan membuat kita "ahli" dalam membantu orang lain menghindari perangkap yang sama. Hanya kemudian menjadi pertanyaan apakah Tuhan melihat kita benar-benar mencari kesucian? Sesungguhnya itu adalah ukuran iman yang nyata dan awal dari kemerdekaan rohani.
Copyright Diane Markins. Digunakan dengan izin.

Bukan Hanya Tuhan, Tetapi Orang Lain pun Senang Saat kita Menjadi Orang Kristen yang Apa Adanya. 

Ikuti Kami