Kisah Para Rasul 10:2
“Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah.”
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 18; Matius 18; Kejadian 35-36
Di tengah kemajuan zaman saat ini, teknologi merambah semua lapisan kehidupan. Seringkali kita melihat keluarga menjadi dingin karena tidak adanya komunikasi yang baik satu dengan yang lain. Budaya menghabiskan akhir pekan dengan makan bersma, atau jalan-jalan bersama keluarga seakan menjadi sesuatu yang langka.
Sekalipun hal tersebut terjadi, kita masih bisa mendapati tidak adanya komunikasi satu sama lain. Duduk bersama-sama dalam satu meja dan hidangan yang sama, tetapi setiap anggota keluarga justru terlihat lebih tertarik untuk menggunakan ponsel dan berinteraksi dengan orang yang jauh, atau bahkan belum dikenalnya secara pribadi.
Saat ini, keluarga seakan menjadi simbolis yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang tinggal dalam satu rumah. Jika hal seperti ini tetap dibiarkan, maka bisa dipastikan hubungan yang dilandasi dengan kasih, kepedulian satu dengan yang lain, lama-kelamaan menjadi musnah.
Kornelius merupakan salah seorang perwira pasukan Romawi yang hidupnya diberkati Tuhan. Ia merupakan orang non Yahudi pertama yang menjadi orang Kristen. Jabatan dan kedudukan yang tinggi tidak membuatnya lupa memaknai arti keluarga.
Alkitab mencatat bukan hanya Kornelius yang hidupnya saleh, tetapi juga seisi rumahnya. Ia juga memberi banyak sedekah kepada orang Yahudi. Ia bukan hanya dikenal sebagai orang baik, tetapi ia juga dikenal sebagai orang yang menjaga kekudusan hidupnya.
Kornelius hanya berharap kepada Tuhan. Dari kesalehan yang dibangunnya, menggugah Allah untuk bisa memberkati keluarganya secara berlimpah-limpah, Allah juga senatiasa mendengar setiap doa yang dinaikkannya.
“Dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan dihadapan-Nya.” (Kisah Para Rasul 10:31)
Apakah saat ini kasih, perhatian, dalam rumah kita mulai dingin? Mari kita mulai untuk kembali membangun perhatian melalui komunikasi yang baik dalam keluarga. Orang tua tidak hanya menjadi pemberi nasehat melalui kata-kata, namun juga pemberi teladan melalui sikap hidupnya.
Demikian juga anak-anak, hendaklah menjadi anak-anak yang mau diarahkan dan mau menerima didikan, karena itu yang diperintahkan Allah bagi setiap anak. “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, kerena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu-ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini.” (Efesus 6:1-2)
Miliki komitmen rohani yang benar, dan libatkan Allah dalam semua perencanaan keluarga. Maka Allah akan menjadikan keluarga yang kita miliki menjadi saluran berkat bagi banyak orang.