Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 141; Yohanes 1; 2 Samuel 9-10
Suatu kali seseorang membawa anaknya yang disiksa oleh roh jahat kepada Yesus. Setiap kali roh itu menyerang anaknya, roh itu membantingnya ke tanah; lalu mulut anak itu berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang.
Lalu orang itu memohon kepada Yesus, "Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."
Dan Yesus menjawab, "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"
Segera ayah anak ini berteriak, "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"
Jadi apakah bapak itu percaya atau tidak? Kita dapat membayangkan bagaimana kira-kira orang itu berteriak. Tentunya dia berada dalam puncak pergumulannya, dan menjerit antara putus asa dan harapan.
Berapa banyak dari kita yang pernah merasakan berdiri di atas sebilah rambut tipis, yang terayun di antara putus asa dan harapan? Tentu kita yang pernah mengalami pergumulan berat tahu rasanya.
Cerita di atas kiranya menghibur kita, pergumulan iman yang sejati kadang membawa kita memohon dengan rendah hati anugerah Tuhan untuk tetap percaya pada-Nya. Ada saat-saat yang sulit, bahkan untuk percaya pada-Nya, dan biarlah seperti bapak itu kita tetap menjerit, "Tolonglah aku yang tidak percaya ini...". Saat kita berteriak minta tolong, jauh di lubuk hati kita tetap percaya pada-Nya.
Saat sulit seringkali mendorong kita untuk menangis memohon belas kasihan Tuhan dan menimbulkan kepercayaan untuk memurnikan iman kita di hadapan-Nya.