Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 140; 2 Korintus 13; 2 Samuel 7-8
Bangsa Israel baru saja menyelesaikan dan menyaksikan sebuah perkara mahadahsyat yang tidak pernah terjadi dalam sejarah, dan sebetulnya juga tidak terulang lagi. Laut Merah terbelah di hadapan mereka, dan musuh-musuh mereka ditunggangbalikkan tenggelam ke dalam lautan. Sesaat saja setelah mereka mengalami peristiwa yang dahsyat itu, mereka dihadapkan pada padang gurun yang luas dan mata air yang pahit.
Dalam situasi itu, bangsa Israel seolah mengalami amnesia dan lupa akan kebaikan dan dahsyat-Nya Tuhan dalam melepaskan mereka. Mereka mulai bersungut-sungut kepada Musa, yang sebetulnya kepada Allah.
Mata air pahit adalah simbol hati pahit yang mengalirkan kata-kata pahit lewat sungut-sungut mereka. Seperti dicatat Yakobus, lidah (atau mulut) itu benar-benar jahat dan liar. Jika kita mengalami kesulitan di kantor, perlakuan tidak adil dari atasan atau rekan sekerja, beban kerja yang kita rasakan ditimpakan semuanya kepada kita, yang paling mudah kita lakukan biasanya bersungut-sungut. Mulut kita seolah sudah lancar untuk mengalirkan hal-hal seperti itu.
Mulut kita kadang seperti kuda liar yang diberangus. Bagaimanapun kita berusaha mengekang lidah dengan hukum dan aturan, itu sulit! Hanya hati yang diubahkan Allah, yang rela dibentuk oleh Dia, dan yang diserahkan sepenuhnya ke dalam kasih karunia-Nya, yang dapat mengalirkan kata-kata manis.
Kata-kata manis hanya mengalir dari mulut yang hatinya telah diubahkan Tuhan.