1 Tesalonika 4: 13-14
Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 26; Matius 26; 2 Raja-Raja 15-16
Saya ingin bercerita. Malam sebelum Paskah tahun 1982, kira-kira pukul 11 malam, saya menerima kabar bahwa ayah saya telah pergi Bersama Tuhan.
Dengan penyakitnya yang serius, berita itu bukan berita yang mengejutkan. Namun disaat yang sama, berita itu menyebabkan kesedihan yang luar biasa. Kenyataan bahwa saya tidak akan pernah bisa melihatnya lagi di dunia ini, membuat saya merasa sedih. Perasaan itu membuat air mata saya mengalir dengan deras.
Saya berlutut untuk memuji, menyembah, dan mengucap syukur kepada Tuhan, yang berdaulat di atas segalanya. Mazmur 116:15 berkata, “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.” Dalam The New Living Translation mengatakan, “The Lord cares deeply when his loved ones die” jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, “Orang-orang yang dikasihi TUHAN sangat berharga baginya; ia sedih ketika mereka meninggal.”
Ayat tersebut memberitahu saya bahwa Tuhan sedang berduka bersama saya. Meskipun Tuhan tahu ayah saya lebih baik bersama-Nya dalam kekekalan, dengan belas kasih, Tuhan mengenali kami dalam masa pencobaan.
Tubuh yang telah menyelimuti ayahku selama 93 tahun kini telah dibuang seperti pakaian using. Dengan pujian, saya datang kepada Tuhan. Kemudian datanglah kedamaian supernatural-Nya yang penuh kasih. Sekarang, ayah saya sudah bersama Tuhan selamanya, dan suatu hari saya akan melihatnya dalam tubuh kebangkitannya.
Pada salah satu kunjungan saya ke makam ibu dan ayah, saya bersyukur kepada Tuhan yang murah hari atas hidup mereka yang panjang dan makmur, terutama untuk 36 tahun yang telah saya lewati bersama ayah setelah saya memiliki hak istimewa untuk memperkenalkannya kepada Tuhan.
Ketika saya beranjak dari makan ayah dan ibu, saya melihat sebuah kuburan yang sangat pendek di samping tempat peristirahatannya. Menurut tulisan di batu itu, makam tersebut makam bayi yang baru lahir dan meninggal pada hari yang sama. Bersebelahan dengan makam jasad ayah saya yang berusia 93 tahun.
Tidak ada seorang pun yang berhak atas kehidupan. Tidak ada yang tahu berapa lam dia akan hidup. Satu-satunya hal yang benar-benar penting dalam hidup kita adalah apa yang kita lakukan untuk Kristus. Untuk tujuan ini, kita harus menjalani kehidupan yang kudus, percaya kepada-Nya, mengasihi Dia dengan segenap hati, pikiran dan jiwa kita, serta melakukan kehendak-Nya.
Hormat saya untuk memenuhi Amanat Agung setiap tahun sampai Tuhan kita kembali, Bill Bright.
Disadurkan dari crosswalk.com.