Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 18; Matius 18; Kejadian 35-36
Saya pernah melihat tayangan televisi beberapa tahun yang lalu, mengenai para bekas tawanan perang Amerika yang diwawancarai dalam sebuah acara untuk mengetahui metode paling efektif yang digunakan oleh musuh untuk mematahkan semangat hidup mereka. Pada akhir wawancara, para peneliti mendapati bahwa para tawanan yang harta bendanya dirampas dan mengalami penyiksaan secara fisik justru tidak cepat patah semangat bila dibandingkan dengan mereka yang dikurung dalam sebuah sel dan merasa kesepian atau yang terlalu sering dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan dibuat terpisah dari teman-teman mereka. Lebih lanjut diketahui bahwa para tentara tersebut memperoleh kekuatan yang terbesar dari hubungan yang akrab dengan sesama yang mereka bentuk di unit militer kecil tempat mereka menjalani penawanan.
Penelitian ini memberi kita sebuah wawasan tentang mengapa orang-orang Kristen membutuhkan kebersamaan dengan jemaat yang lain, yaitu agar mereka terdorong untuk tetap setia kepada Tuhan. Persekutuan pribadi kita dengan Allah ternyata belum cukup untuk menghasilkan kedewasaan dan ketekunan dalam hal kerohanian. Hubungan di antara jemaat yang bersehati dan dipenuhi Roh Kudus sangatlah penting untuk menumbuhkan iman dan memelihara kesetiaan kita kepada sang Juruselamat (Ibrani 10:23-25).
Kadang-kadang kita tidak mau terlibat dalam kehidupan bergereja, dengan berpikir bahwa akan lebih mudah jika kita menjalani kehidupan rohani seorang diri. Maka dari itu, sebagian dari kita mungkin lebih suka ketika melakukan penyembahan pribadi dibandingkan bersama-sama di gereja. Tetapi ketahuilah, bahwa sesungguhnya orang Kristen yang demikian akan kehilangan manfaat dari ibadahnya. Ingatlah, bahwa dengan hikmat-Nya Allah telah mengumpulkan kita supaya kita kuat.
Orang Kristen menjadi kuat bila mereka tidak berusaha seorang diri.