Amsal 16: 25
Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 67; Ibrani 1; Mikha 1-2
Salah satu pikiran yang terus-menerus aku perjuangkan di awal
perjalanan kekristenanku adalah apakah aku harus menunggu sampai usia tua untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati.
Menurutku, kekristenan penuh dengan aturan dan penghalang.
Seperti kamu tidak bisa melakukan ini dan itu. Aku merasa itu hanya akan
membuatku tidak menikmati hidup dengan bebas. Aku bahkan lebih kuatir mengingat hormonku sedang bertumbuh.
Alkitab sangat jelas menentang seks pranikah. Aku berpikir aku
lebih baik menunggu sampai usia tua dan menyerahkan hidupku sepenuh hati kepada
Tuhan. Tapi aku tidak menganggap bahwa hari-hariku dihitung dan ditentukan oleh
Tuhan dan bahwa seluruh tugas manusia adalah untuk melayani Tuhan. Karena
itulah aku lebih baik mengindahkan nasihat dari orang bijak untuk melayani Tuhan di masa mudaku (Pengkhotbah 12: 1).
Lalu aku tersadar saat secara ajaib diselamatkan saat aku
hampir tenggelam. Waktu itu, aku berada di pantai bersama teman-temanku. Aku
memang hanya bisa berenang dengan teknik-teknik dasar saja. Karena itu penjaga
pantai menyarankan aku untuk tetap di pantai saja. Aku mulai bermain dengan ombak dan semuanya baik-baik saja.
Aku benar-benar menikmati pengalaman itu. Sampai akhirnya
waktu aku mencoba berenang, kakiku tidak menyentuh tanah. Aku mencoba berenang,
tapi ombaknya terlalu kuat. Aku bingung dan tidak tahu kemana arahku. Aku mencoba berteriak, tapi waktu aku membuka mulut, aku menelan air laut!
Dengan putus asa, aku berseru kepada Tuhan. Waktu aku pikir
semua harapan sudah hilang, sebuah tangan memegangku dan membawaku ke darat.
Seperti Yunus berada di perut ikan, aku menyadari bahwa faktor terpenting dalam
hidup ini adalah Tuhan. Waktu aku tenggelam, kualifikasi dan kredensialku,
jaringan, hal-hal materi yang bersaing untuk komitmenku dengan Tuhan, tidak bisa membantu!
Setelah aku tiba di daratan aku bertanya-tanya, "Inikah cara
seseorang survive hanya dengan satu
lompatan?" Hanya satu lompatan dan lihat di mana aku berakhir, aku terdampar dari pantai yang aku pikir cukup aman!
Aku bertanya ke orang yang tidak sengaja berenang ke arahku
tentang apa yang mendorongnya sampai di tempatku. Lalu dia berkata, “Sesuatu
baru saja membuatku sampai sejauh itu.” Aku lalu berterima kasih kepada dia
karena mendengarkan suara kecil itu dan berterima kasih kepada Tuhan karena
datang untuk menyelamatkan aku karena kasih karunia dan belas kasih-Nya menemukanku justru di saat aku seolah meragukan kuasa-Nya.
Tanpa Tuhan, aku akan menjadi orang berpendidikan yang bodoh,
karena selalu ada jalan yang disangka orang lurus tapi ujungnya menuju maut.
Bersama Tuhan, kita bisa mengakses hikmat ilahi untuk menavigasi masalah-masalah kehidupan dengan sukses.
Malam itu, waktu aku berbaring di tempat tidur, aku terus
menatap langit-langit, mengetahui bahwa aku bisa saja terbaring di kamar mayat atau
peti mati beberapa jam sebelumnya. Itu adalah perjalanan yang sangat penting.
Waktu kita memberi hidup kita kepada Tuhan, kita benar-benar bisa menikmati
hidup dengan berkelimpahan. Pencuri datang hanya untuk membunuh dan
membinasakan, tapi di dalam Dia ada hidup (Yohanes 10: 10). Aku belajar untuk
dibimbing oleh hikmat yang berkata, “Diberkatilah dia yang tidak duduk dalam
nasihat orang fasik.”
Kadang-kadang kita mungkin mengira kita berada di tepi godaan duniawi. Tapi segera menyadari bahwa kita berada di perairan yang dalam dan berjuang untuk keluar. Tangan-Nya tidak terlalu pendek untuk membawa kita ke tepi hadirat-Nya, di mana ada kebahagiaan yang penuh.
Hak cipta Felix Kwabena Donkor, disadur dari Cbn.com