Lukas 17: 15
Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil
memuliakan Allah dengan suara nyaring
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:89-176; 1 Korintus 8; 1 Samuel 3-4
Lukas 17: 11-19 berkisah tentang momen saat Yesus bepergian dan
memasuki ssebuah desa saat sepuluh orang kusta mendekatinya. Mereka memohon supaya Yesus mengampuni mereka.
“Lalu Ia
memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.” (Lukas 17: 14)
Saat mereka pergi, Alkitab memberi tahu kita kalau mereka mengalami kesembuhan.
Walaupun menarik untuk dicatat bahwa 10 orang kusta ini gak
langsung mengalami kesembuhan. Karena kesembuhan yang mereka alami baru terjadi setelah mereka bertemu Yesus.
Akhirnya kesepuluh orang kusta itu sembuh, tapi hanya satu dari
mereka yang kembali untuk mengucapkan terima kasih kepada Yesus. Satu orang itu
bukan hanya kembali, tapi dia mengucap syukur sampai tersungkur di bawah kaki Yesus.
Lalu kemana kesembilan orang kusta lainnya? Apakah mereka kesal
karena kesembuhan yang mereka alami tidak langsung terjadi? Apakah mereka kecewa
karena harus pergi dan memperlihatkan diri kepada para imam? Mungkin mereka belum
puas dengan kesembuhan itu. Mereka menginginkan lebih banyak! Mungkin mereka seperti
kebanyakan dari kita lupa kalau mereka awalnya minta pertolongan dari Yesus. Karena
itulah mereka gak terpikir untuk berterima kasih. Berapa kali doa-doamu dijawab Tuhan tapi kamu lupa mengucapkan terima kasih untuk hal itu kepada Tuhan?
Kita belum tahu pasti, tapi kesembilan orang kusta itu gak mengucapkan
terima kasih kepada Yesus. Tentu saja aku secara pribadi juga tidak akan mengutuki
kesembilan orang itu karena aku juga seringkali lupa mengucap syukur kepada Tuhan
saat aku merasa belum puas dengan doa-doaku yang terjawab. Aku malah menginginkan yang lebih besar dari itu.
Aku berdoa meminta kesembuhan bagi diriku sendiri atau orang
lain. Aku meminta Dia untuk membantuku, teman atau keluargaku keluar dari satu
masalah. Aku meminta berkat dan pemulihan. Waktu pun berlalu, dan terkadang aku
lupa dengan doa-doa itu. Kadang saat jawabannya tidak langsung kuterima atau tidak
seperti yang aku harapkan, aku benar-benar melupakannya. Aku bukan hanya lupa berterima kasih kepada Tuhan, tapi aku juga menemukan diriku jadi pribadi yang gak puas!
Suatu kali waktu putri ketiga kami, Riley, baru belajar bicara.
Kosakatanya masih terbatas, tapi dia bisa menyampaikan kebutuhannya dengan
cukup jelas. Suatu pagi, aku harus membantu proyek di sekolah putri sulung kami.
Riley harus ikut denganku, dan dalam kondisi yang terburu-buru berangkat ke sekolah, dia melewatkan darapan lengkapnya.
Pertemuanku berjalan lebih lama dari yang diharapkan, dan aku
lupa membawa bekal untuk makan siang. Berkali-kali dia berkata, “Makan! Makan!” Sayangnya, aku tak punya uang tunai saat itu.
Aku hanya punya 50 sen saja saat itu. Itu adalah uang pemberian
ayahku bertahun-tahun silam. Aku menyimpannya di laci mobil. Tapi sejenak, aku
mulai ragu dan berpikir apakah aku harus kehilangan uang itu atau harus memenuhi
kebutuhan anak perempuanku yang tercinta. Dengan enggan aku memutuskan kalau aku gak punya pilihan selain membelikan satu paket kerupuk dengan uang 50 sen itu.
Riley tampak sangat senang walaupun dia belum mampu mengucapkan kata-kata untuk mengatakan terima kasih. Aku tahu dia bersyukur.
Kenapa aku harus meminta lebih banyak kalau putriku saja bisa
bahagia dengan snack kecil yang kubelikan? Kenapa aku lupa bersyukur? Kenapa aku gak bisa puas dan bersyukur atas berkat melimpah yang sudah Tuhan sediakan?
Akum au seperti satu orang kusta yang kembali dan mengucapkan
terima kasih dan tersungkur di bawah kaki Yesus. Aku berdoa seperti yang disampaikan
oleh pemazmur ini. “Ketahuilah, bahwa
Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan
kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian
syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” (Mazmur 100: 3-4)
Hak cipta Anne Ferrell Tata, digunakan dengan ijin.