Selamat! Kamu Telah Menerima Hadiah Paskah Terbesar Ini..
Kalangan Sendiri

Selamat! Kamu Telah Menerima Hadiah Paskah Terbesar Ini..

Inta Official Writer
      2326

"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."

Roma 5:8

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 114; 1 Korintus 2; Hakim-Hakim 15-17

Pernah nggak ada orang terkasih yang minta maaf karena kesalahannya? Meski kedengarannya cukup sulit, agar hubungan tetap baik, kita tetap saja memaafkannya, apalagi kalau kita menyadari kalau orang itu benar-benar minta maaf.

Namun, gimana kalau ada orang yang salah, tapi nggak minta maaf sama kamu? Maukah kamu mati buat mereka? Akankah kamu tetap menjaga hubunganmu dan memaafkannya? Hal serupa pernah terjadi 2000 tahun yang lalu.

Setiap kita, dari waktu ke waktu sering lebih memilih hal yang salah dibandingkan dengan yang benar. Misalnya mencuri, berbohong, mengumpat, atau iri pada orang lain. Kita dibuat segambar dan rupa Allah. Kita diciptakan untuk bisa membangun hubungan yang baik dengan Sang Pencipta.

Ketika kita nggak lagi menjaga karakter Tuhan, sama aja kita sedang menjauhkan diri dari Tuhan. Namun, karena Tuhan benar-benar mengasihi kita, Ia bersedia memaafkan kita, bahkan saat kita tidak memintanya.

Roma 5:8, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."

Tuhan tidak menunggu kita buat datang kepadaNya, karena Tuhan tau kalau tanpanya, kehidupan manusia akan semakin menyeleweng.

Baca Juga :

8 Alasan Kenapa Kita Harus Rayakan Paskah, Jangan Bingung Lagi Ya!

Ini Makna Darah Yesus yang Tercurah di Kayu Salib di Perayaan Paskah

Mazmur 14:2-3, “TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”

Roma 3:11, "Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah."

Karena itu, pada waktu mula-mula, Tuhan mengatur misi keselamatan dan mengampuni mereka yang tidak memohon ampun atas dosanya.

Pada hari paskah yang baru kita rayakan, kita menerima hadiah terbesar. 2000 tahun yang lalu, Anak Allah rela meninggalkan kemuliaan surga dan datang ke bumi, dibungkus dengan daging manusia, mengorbankan diriNya untuk menghapus dosa manusia.

Namun, ketika melihat salib, kita sering lupa kalau penderitaan Yesus bukan hanya sekedar fisik, tetapi juga Ia menderita pemisahan rohanis dari Allah Bapa agar kita tidak harus berkorban apa-apa.

Penderitaan Yesus ini Dia ungkapkan ketika berseru, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46b)

Hukuman dosa bukanlah salib, salib hanyalah sebuah simbol. Hukuman terbesar dosa darah jauhnya Tuhan dari kita. Dan hanya Allah yang kekal yang bisa membayar lunas dosa tersebut.

Hadiah terbesar buat kita bukanlah pengampunan, tetapi AnakNya yang membuat pengampunan tersebut menjadi mungkin (Yohanes 3:16)

Anak Allah yang mau berseru, ditengah-tengah penderitaanNya di kayu salib demikian, "Ya Bapa, s  ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."(Lukas 23:34).

Tuhan mau memperbaiki hubunganNya dengan kita. Dan jarak kita dengan Tuhan hanyalah sebatas doa. Kalau kita mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, atau hadiah terbesar, maka berdoalah demikian,

"Bapa, terima kasih karena telah mengasihiku dan mengirimkan AnakMu yang Kau kasihi untuk membayar harga dosa-dosaku. Yesus, terima kasih untuk mengorbananMu di kayu salib. Aku mohon ampun karena telah hidup jauh dariMu dan baru memutuskan untuk mengikutMu pada hari ini. Datanglah dan lawat aku. Jadikan aku pribadi seperti yang Kau ingini. Amin."

Maka, suatu hari nanti, ketika kita datang ke rumah Bapa di surga, kita akan datang kepada Bapa kita yang dengan senang hati akan menyambut kita dan berkata, "Selamat datang di rumah, anakku."

Yohanes 15:13, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."

Hak Cipta © 2011 Shadia Hrichi. Digunakan dengan izin.

Ikuti Kami