Jangan Biarkan Penyakit Mencuri  Kebebasanmu! Tertawalah Selagi Tuhan Memberimu Kesempatan
Kalangan Sendiri

Jangan Biarkan Penyakit Mencuri Kebebasanmu! Tertawalah Selagi Tuhan Memberimu Kesempatan

Lori Official Writer
      3444

Pengkhotbah 3: 4

….ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari…


Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu48[/kitab]; [kitab]Kisah20[/kitab]; [kitab]Imama6-7[/kitab]

Kami masuk ke ruangan yang sunyi. Tangannya yang gemetar mencengkeram telapak tanganku yang berkeringat. Binar matanya yang kemerahan sebentar-sebentar melirik dari kursi berwarna cerah itu. Kotak tisu yang dibingkai bunga itu menghiasi lanskap.

Sementara aku dan ibuku duduk dengan posisi bergandengan tangan. Kami berharap bisa berada di tempat lain. Tapi pertemuan ini sangat penting buat kami yang mau mendengar bagaimana orang lain menghadapi kata ‘K’.

“Selamat datang di kelompok pendukung kanker,” demikian pemimpin kelompok mengumumkan. Senyuman yang tampak kaku seolah jadi jawaban atas ucapan itu.

Seorang wanita menderita kanker pankreas. Yang lainnya, seorang pria berusia 25 tahun mengalami kanker perut. Seorang ibu baru menderita kanker payudara stadium empat. Pasien lain membisikkan nama mereka tapi tidak banyak berbagi.

Selama pertemuan itu, kami semua sedih melihat bagaimana kanker mencuri kebebasan dan kegembiraan pasien dan perawat.

Keluarga muda yang menghadapi kanker pankreas ingin mengunjungi Disney World tapi malah merasa terkekang karena tergantung pada alat pemompa morfin.

Ibuku dan aku hendak pergi mengunjungi keluarga kami, tapi kami justru khawatir harus berada sejauh 200 mil dari dokter ibuku. Kami merasa terjebak, karena jauh dari tim medis bukanlah pilihan.

Pemimpin kelompok tidak setuju. Dia bertanya tentang keinginan masing-masing pasien dan dengan lembut menunjukkan kalau kehidupan berlanjut dari luar pintu dokter. Setelah pertemuan itu, pemimpin tersebut menjadwalkanpertemuan di Orlando supaya keluarga muda itu bisa menikmati perjalanan ke Disney. Seorang dokter di North Carolina menerima catatan ibu supaya kami bisa pergi ke sana tanpa rasa khawatir.

Sikap pria berusia 25 tahun itu terbukti paling positif dan menular. Kanker jadi masalah bagi keluarganya, kanker perutnya kembali lagi setelah berbulan-bulan tak lagi kambuh dan ibunya meninggal karena kanker juga bertahun-tahun sebelumnya. Terlepas dari kabar menyakitkan ini, dia tersenyum dan tertawa di pertemuan itu. Pandangannya menggemakan kata-kata Raja Salomo. “…ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari..” (Pengkhotbah 3: 4)

Tuhan membuka mataku malam itu. Aku menyadari kalau sementara kanker merenggut ibuku dari kekuatan dan rambutnya, akulah yang mencuri tawa dan kebebasannya dengan berpegang teguh pada jadwal yang kaku dan kekhawatiran akan masa depan. Aku mau dia tinggal di rumah sepanjang hari dan tidur. Tak ada ijin untuk bersenang-senang.

Ibuku ternyata punya rencana lain. Setelah pertemuan pertama kami, dia memutuskan untuk mengikuti pernyataan Yesus. “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."” (Matius 6: 34)

Dia bertemu dengan dua wanita cantik di gereja. Mereka lalu minum kopi dan makan siang bersama sembari menertawakan lelucon konyol sore itu. Ibu tak lagi cemas akan masa depannya dan menikmati setiap hari yang Tuhan berikan. Dia benar-benar menyerahkan bebannya kepada Tuhan.

Bulan berikutnya saat kami kembali ke kelompok pertemuan itu, senyuman bahagia bercampur air mata. Pasien kanker pankreas akhirnya bisa pergi ke Disney bersama keluarganya dan mengukir kenangan indah.

Ibu dan aku berkunjung ke rumah keluarga kami. Di sana, kami tertawa bersama dan bercerita soal kisah-kisah lama. Saat kami kembali pulang, ibu benar-benar menikmati hidupnya dengan tertawa tanpa rasa khawatir.

Tuhan mau kita menikmati momen bersama keluarga dan hidup kita di kerajaan surga. Dia memakai pasien kanker berusia 25 tahun itu untuk menunjukkan bahwa sukacita sejati ditemukan saat kita menghargai setiap hari dengan keluarga sebagai hadiah dari Dia dan mau melepaskan beban kita di bawah kaki-Nya.

Mungkin kamu baru saja mendengar kabar kesehatan atau keuangan yang begitu menyedihkan, atau tragedi mengejutkan soal keluarga. Sulit untuk tak khawatir tentang masa depan saat hidup kita berputar begitu cepat. Tapi aku berdoa supaya kamu juga menemukan kebebasan dan kegembiraan saat kamu rela melepaskan rasa kuatirmu kepada Yesus.

 

Hak Cipta Karen Tyner, digunakan dengan ijin resmi.

Ikuti Kami