Matius 18: 12
Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat,
tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan
dan pergi mencari yang sesat itu?
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu34[/kitab]; [kitab]Kisah6[/kitab]; [kitab]Kelua17-18[/kitab]
Aku,
istriku Barb dan enam anak kami memutuskan liburan dengan kendaraan SUV kami selama
seminggu di Florida. Salah satu tempat yang akan kami tuju adalah di pantai. Walaupun aku tak suka pantai, tapi demi kebahagiaan pernikahan kami akupun tetap ikut.
Udara pantai
itu sangat panas dan tak berawan. Setiba di tepi pantainya, akupun langsung berteduh
di salah satu payung mahal yang dipasang di sana. Kami duduk lalu membongkar barang-barang bawaan kami.
Aku memang menikmati
suasana damai di sana. Udara bercampur rasa asin air laut, kicauan burung camar
dan deruan ombak membuatku sedikit kewalahan. Ketenangan ini berlangsung selama
beberapa menit sebelum akhirnya aku bergegas untuk melakukan peranku sebagai ayah. Aku segera mengambil persediaan sanak-anak dan memastikan semuanya ada.
“Satu dua
tiga empat lima….” Anak keenam menghilang. Kedamaian yang aku rasakan tadi seketika
itu juga lenyap. Anak perempuanku yang berusia dua tahun, Mira, menghilang. Aku
segera melompat dari kursi menghampiri Barb dan bertanya “Dimana Mira?” Dia malah
menggeleng dan mulai panik. Kami segera mengumpulkan anak-anak kami dan mulai mencari Mira. Barb mulai menangis dan terus berlari ke pantai mencari keberadaan Mira.
Kami bertanya
ke setiap orang yang lewat. Ketakutan semakin menghantui kami saat semua orang mengaku
tak melihat gadis kecil kami. Akhirnya, seorang wanita datang dan mendekati kami.
Dia mengaku melihat gadis kecil baru saja lewat beberapa menit yang lalu. Dia dan keluarganya pun ikut mencari Mira.
Tiba-tiba,
aku berhenti saat melihat seorang penjaga pantai menggendong Mira di
pelukannya. Aku pun segera menghampirinya dan melihat wajah Mira yang tampak biasa-biasa saja. Sementara kami, keluarganya sudah begitu panik.
Pengalaman singkat
kehilangan Mira rasanya seperti pengalaman kehilangan untuk selamanya. Meskipun
kejadian itu hanya terjadi selama beberapa menit saja. Hal itu pun membuat kami memutuskan pulang liburan lebih awal.
Di malam sesaat
kami tiba di rumah, aku masih terus mengingat kejadian itu. Aku bahkan sulit
tidur dan terus mengingat-ingat kejadian di pantai itu. Aku akhirnya memutuskan berdoa dan membiarkan Tuhan berbicara secara pribadi.
Selama beberapa
saat dalam keheningan, Tuhan mengingatkanku soal perumpamaan domba yang hilang
(Matius 18). KebenaranNya mulai meresap ke dalam hatiku. Ada suara yang
berkata, “Chad, apakah kamu ingat bagaimana perasaanmu saat Mira hilang?” “Ya, jawabku. Aku nggak akan pernah lupa itu.”
Jawab
Tuhan, “Aku mau kau tahu perasaan seperti itulah yang Aku rasakan saat
kehilangan setiap jiwa di bumi.” Setelah mendengar kata-kata itu, untuk pertama
kalinya aku merasakan hubunganku dengan Tuhan seperti seorang anak dengan ayahnya.
Aku begitu bersimpati kepada Tuhan setelah tahu betapa hatinya teramat besar kepada
ciptaanNya yang jatuh dan anak-anakNya yang terhilang. Aku pun paham betul bahwa
Dia bersedia melakukan apapun, termasuk mengutus Anak-Nya ke Kayu Salib untuk membawa
kembali anakNya yang hilang.
Kelegaan kami dipertemukan lagi dengan Mira hanyalah secuil dari rasa sukacita yang dialami Bapa saat salah satu anakNya yang hilang kembali pulang. Nggak heran kalau para malaikat bersukacita karena hanya satu orang berdosa yang bertobat. Satu anak kesayangan Tuhan sudah diselamatkan dan dibawa pulang ke dalam pelukan Bapa yang penuh kasih.
Tuhan menghargai satu jiwa seharga darahNya yang tertumpah di kayu salib