Apakah Yesus Mengetuk Pintu Hati Anda?
Kalangan Sendiri

Apakah Yesus Mengetuk Pintu Hati Anda?

Angelia Agatha Official Writer
      16407

Lihat Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Wahyu 3:20

Bacaan Alkitab Setahun  : [kitab]Mazmu21[/kitab]; [kitab]IKori12[/kitab]; [kitab]0Ayub20-21[/kitab]

Kemarin saya memasang pintu baru dirumah. Ketika sedang dipasang, kontraktor saya menanyakan apakah saya ingin menambahkan lubang pengintip di pintu saya. Pemasangannya hanya menambah beberapa menit saja. Saat kontraktor saya sibuk mengebor pintu, saya bergesa-gesa pergi ke toko bangunan untuk membeli lubang pengintip. Hanya dengan menambahkan beberapa rupiah, saya dapat keamanan dan kenyamanan karena dapat mengetahui siapa yang mengetuk pintu saya sebelum memutuskan akan membuka pintu.

Tapi setelah itu, ketukan pada pintu itu sendiri memberitahukan mengenai siapa yang berdiri dibalik pintu, mencegah saya membuat keputusan-keputusan. Ternyata, membuat keputusan juga penting bagi Yesus. Pasal di dalam kitab Wahyu, kita dapat baca bahwa Yesus berdiri dan mengetuk di depan pintu:

Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Wahyu 3:20

Ketika Alkitab diibaratkan dengan surat yang diberikan kepada gereja, dalam konteks ini, gereja juga dipahami sebagai jiwa pribadi lepas pribadi yang berbalik dari Allah. Rasul Paulus mengajarkan kita pada Roma 3:11 bahwa tidak ada seorangpun yang mencari Tuhan. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa karena kasih karunia dan pengampunan Allah, diri-Nya yang mencari kita! Disini jelas bahwa inilah keinginan Yesus, yaitu untuk berdiri dibalik pintu yang tertutup dan mengetuk. Selain itu, banyak pemahaman yang lahir dari ilustrasi ini sebagai representasi dari hati kita masing-masing.

Ketika kita baca, Yesus tidak meninggalkan orang dibelakang pintu yang bertanya-tanya siapa yang mengetuk. Seiring berjalannya kisah tersebut, kita menemukan bahwa Yesus tidak hanya mengetuk, Dia juga berbicara dari balik pintu, “Jika seseorang mendengar suaraku…” Pernahkah kamu bayangkan apa yang Yesus katakan dibalik pintu yang tertutup? Pada ayat sebelumnya dijelaskan kepada kita sedikit petunjuk ketika Dia memperingatkan gereja-gereja, “… relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Wahyu 3:19). Dan juga, kita masih diberikan pilihan: meskipun kita mendengar suara Tuhan, Dia menyerahkan kepada kita pilihan apa kita akan membuka pintu untuk mengundangnya masuk atau tidak.

Lalu apa yang terjadi setelah kita membuka pintu? Apakah dia datang untuk mengubah susunan perabotan kita, atau mengomel tentang tumpukan pakaian kotor kita? Beberapa orang mungkin tidak mau membuka pintu karena takut Yesus akan mengutuki segala kesalahan yang kita perbuat dalam hidup kita; bagaimanapun Akitab tidak menjelaskan secara detail tentang hal ini. Pasal ini menjelaskan bahwa Yesus mengetuk pintu hati kita sehingga, “… Aku akan makan bersama-sama dengan dia…” Beberapa terjemahan lainnya berkata, “kita akan berbagi makan seperti layaknya teman.”

Yesus telah datang kepada kita untuk membangun sebuah hubungan. Dia tidak memaksa diri-Nya untuk masuk, atau datang supaya dapat mengutuki kita; Yesus mengetuk pintu hati kita untuk memberikan hadiah – yang merupakan diri-Nya sendiri supaya melalui Dia, kita menjadi anak Allah.

“Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;” Yohanes 1:10-12

Ikuti Kami