Efesus 5: 20
Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu145[/kitab]; [kitab]Yohan5[/kitab]; [kitab]IISam17-18[/kitab]
Dalam Lukas 17 dikisahkan tentang
sepuluh orang kusta yang bertemu dengan Yesus diperbatasan Samaria menuju
Galilea dan meminta kesembuhan. Kesepuluh orang kusta itupun menaati perintah
Yesus agar mereka pergi memperlihatkan diri kepada imam-imam (ayat 14).
Merekapun pergi dan terjadilah kesembuhan. Namun kemudian, hanya satu orang saja diantaranya yang kembali menyampaikan ‘terima kasih’ kepada Yesus.
Hal itu membuat Yesus heran. Lalu
Dia berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di
manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk
memuliakan Allah selain daripada orang asing ini?” (ayat 17-18)” Yesus memang
tidak menyembuhkan penderita kusta tersebut untuk menerima ucapan ‘terima kasih’.
Tetapi Dia benar-benar menghargai tindakan satu orang kusta yang datang dengan penuh rasa syukur itu.
Dalam Alkitab, tidak ada memang informasi
lengkap tentang ibu satu orang kusta itu. Tapi kita melihat bagaimana tindakan pria
itu. Kemungkinan sang ibu sudah mengajarkannya untuk mengucapkan ‘terima kasih’
kepada setiap orang yang berbuat baik terhadap dia karena sang ibu menyadari
pentingnya makna ucapan ‘terima kasih’. Suatu kali sang ibu mungkin berkata, “Nak,
sampaikan terima kasih kepada orang itu”. Dan sang anak menjawab, “Ah, ibu, dia
sudah mengetahuinya”. “Tidak apa-apa. Dia perlu mendengarnya darimu,” dorong sang ibu kepada anaknya.
Di peristiwa hidup sebelumnya,
sang ibu juga sering mengingatkan anaknya untuk tak lupa mengucapkan terima
kasih. “Nak, ingatlah untuk mengucapkan terima kasih.” Dan seiring bertambah dewasanya
sang anak, ibu itu terus saja mengingatkan hal yang sama. Dia tahu bahwa tak
selamanya dia bisa bersama-sama dengan sang anak. Seperti ibu lainnya, seorang
ibu akan berdoa setiap hari untuk anak-anaknya agar semua yang dia ajarkan mereka
pelajari dengan baik. Dan ibu satu orang kusta itu mungkin tak pernah bermimpi bahwa
putranya akan disembuhkan oleh Yesus. Ibu itu pasti akan merasa bangga karena sang
anak datang berterima kasih dengan badan yang menunduk kepada orang yang telah menyembuhkannya itu.
Yesus mungkin tidak pernah memikirkan
tentang pengajaran apa yang diberikan ibu para kusta itu kepada mereka. Dia
hanya digerakkan dengan belas kasih dan cinta untuk menyembuhkan mereka. Dia mungkin
merasa sedih saat kesembilan orang lainnya tidak datang. Tetapi Yesus tetap senang dengan satu orang kusta yang kembali kepada-Nya.
Berterima kasih bukan sesuatu yang
spontan. Mengungkapkan terima kasih kepada orang lain adalah tindakan yang dilakukan
dengan sengaja. Kita belajar menjadi orang yang penuh syukur ketika kita menyaksikan
orang-orang di sekitar kita. Mungkin saudara Anda yang lebih tua memiliki
sesuatu yang Anda benar-benar ingin dan ia hanya akan memberikan kalau Anda mengucapkan
‘terima kasih’. Atau ketika Anda sudah beranjak dewasa, ayah dan ibu Anda mungkin
akan berkata, “Jaga sikapmu!” jika Anda lupa mengucapkan terima kasih kepada seseorang
atas tindakan mereka. Secara otomatis pelajaran itu akan Anda turunkan kepada anak, keponakan atau saudara Anda yang lain.
Jadi, memiliki hati yang bersyukur
sangat penting karena hal itu akan menggerakkan Anda untuk dengan mudah mengucapkan
penghargaan dan terima kasih kepada orang lain. Hal itu juga bisa memberi kita kebahagiaan pada diri sendiri dan membuat orang lain senang.
Orang yang bersyukur menyadari bahwa ucapan terima kasih sejati itu terpancar
dari hati yang terfokus kepada Tuhan