Yakobus 5:11
“..Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.”
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu120[/kitab]; [kitab]iKori9[/kitab]; [kitab]iSamu5-7[/kitab]
Terkadang Allah mengijinkan hamba-hamba-Nya yang mengasihi Dia untuk mengalami penderitaan dan beban. Itu semua tidak datang dari Dia, namun diijinkan oleh-Nya. Hari ini, kita merenung dari kisah Ayub, bagaimana dia tetap setia terhadap Allah walau kesusahan menimpanya.
Kesetiaan adalah bentuk kasih kita kepada Allah. Kita setia karena Allah berkuasa atas suka dan duka yang terjadi dalam hidup kita. Bagian kita adalah untuk tetap sabar dan meneguhkan hati.
Seorang petani bangun pagi-pagi, membawa cangkul, dan menabur benih di bawah terik matahari. Saat ia pulang, apakah hasil taburan sudah bisa dituai? Belum! Dia membawa pulang cangkul dan berpakaian penuh tanah serta keringat. Di hari esoknya dia kembali melakukan hal yang sama di sawah. Sepulangnya, adakah ia mendapat hasil tuaiannya? Belum! Hanya baju berlumur tanah dan keringat. Begitu terus sampai besok, besok, dan besoknya lagi. Akhirnya, ia bisa membawa pulang hasil tuaiannya. Begitupun dengan kesetiaan—tetap sabar karena Allah mengenal dan mengetahui batas kemampuan kita, sehingga kuasa-Nya akan nyata tepat pada waktunya.
KESABARAN BUKANLAH KEMAMPUAN UNTUK MENUNGGU,
MELAINKAN KEMAMPUAN UNTUK MENJAGA TINGKAH LAKU SAAT MENUNGGU. (JOYCE MEYER)