Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 133; Yohanes 10; Yeremia 43-44
Ada sebuah dongeng kuno dari Indonesia yang menceritakan tentang seekor kura-kura yang dapat terbang. Hewan yang dikenal berjalan lambat ini selalu mengigit sebatang kayu yang dibawa oleh dua ekor angsa sehingga ia bisa melayang-layang di angkasa. Suatu waktu, saat dirinya sedang terbang, kura-kura ini mendengar ada orang-orang darat yang melihatnya berkata, "Wah cemerlang sekali ide angsa-angsa itu!" Harga dirinya terasa terinjak-injak hingga akhirnya ia berteriak, "itu ideku!" tiba-tiba tubuhnya jatuh ke darat saat mulutnya terlepas dari kayu tersebut. Harga dirinya telah menjadi kehancuran bagi dirinya.
Dalam Alkitab ada kisah seorang raja yang nasibnya hampir sama dengan kura-kura dalam dongeng di atas, namanya Asa. Pada empat puluh satu tahun awalnya pemerintahannya di Kerajaan Yehuda, ia merupakan raja yang kuat dan rendah hati. Namun, pada akhir pemerintahannya, ketika pasukan Israel bagian utara menyerangnya, Asa mencari pertolongan dari raja Siria dan bukannya dari Allah.
Kebodohan yang dilakukan raja yang dulunya takut akan Tuhan ini membuat pemerintahannya melemah dan bangsanya mengalami peperangan. Apa yang salah dalam hal ini? Kebanggaan terhadap keberhasilan masa lalu itulah yang telah membuatnya hancur. Asa telah lupa bahwa seharusnya ia bergantung pada Tuhan. Kesombongannya telah membuat Tuhan tak lagi mau menunjukkan kekuatan-Nya demi kepentingan raja Yehuda tersebut (II Tawarikh 16:9).
Allah masih mencari orang-orang yang mengizinkan Dia untuk menunjukkan kekuatan-Nya dalam hidup mereka. Hidup dengan rendah hati dan bergantung pada Allah merupakan ide yang benar-benar cemerlang.
Tak seorang pun lebih kuat daripada seseorang yang bergantung pada Allah.