Ayat Renungan:
Amsal 2: 6, “Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.”
Kita mungkin pernah diminta menjadi penengah di antara konflik orang lain yang disebabkan perkataan yang melukai salah satu pihak. Kita diminta untuk menilai siapa yang salah dan siapa yang benar.
Situasi ini persis sama dengan kisah yang ditulis dalam 1 Raja-raja 3, dimana Salomo dihadapkan dengan dua wanita yang memperebutkan seorang anak. Tak seorang pun bisa memutuskan siapa ibu sebenarnya dari anak tersebut. Sehingga terpaksa di bawa kehadapan sang raja.
Sebagaimana kita tahu, Raja Salomo adalah sosok yang dianugerahi hikmat dari Tuhan. Melalui hikmat ini, dia membuat keputusan yang sangat mengejutkan. Dia berkata, “Ambilkan aku pedang.” (1 Raja-raja 3: 24). Lalu dia meminta untuk memenggal anak itu menjadi dua bagian. Sebenarnya Raja Salomo tidak berniat untuk melakukan tindakan kejam tersebut. Dia hanya sengaja melakukannya untuk melihat reaksi dari kedua wanita itu.
Sampai akhirnya dia mendapati salah satu dari wanita itu begitu sedih dan akhirnya rela meminta agar anak itu diserahkan kepada wanita lainnya. Saat itulah dia bisa membedakan mana ibu yang sebenarnya dan mana yang mengaku sebagai ibu dari anak tersebut. Alih-alih memenggal anak itu, dia mengambil waktu untuk menimbang siapa yang benar dan siapa yang salah. Kita bisa tahu akhir dari kisah ini bukan?
Menjadi bijak membutuhkan kebijaksanaan, kesabaran dan ketepatan. Untuk menjadi seperti Raja Salomo, kita memerlukan hikmat dari Tuhan. Sama seperti disampaikan dalam Amsal 2: 6, “Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.”
Hari ini mari menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah orang-orang yang berhikmat dan membawa damai bagi semua orang.
Action: Apakah kamu sudah menjadi penengah yang baik bagi orang lain? Apakah nasihat, pemikiran dan pertimbangan yang kamu sampaikan membuat orang lain merasa puas? Ambil beberapa waktu untuk merenungkan hal ini.
Ayat Hafalan: Kolose 4: 6, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."