1 Yohanes 4: 10-11
Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi
kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka
haruslah kita juga saling mengasihi.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 99; Lukas 11; Yosua 9-10
The Wizard of Oz jadi film yang berada di urutan teratas
dalam daftar beberapa film yang paling disukai di bioskop Amerika. Bagi kamu
yang lupa dengan alur ceritanya, film ini berkisah tentang masing-masing karakter
utama yang ingin sekali si penyihir membantu mereka untuk memenuhi kekurangan di
dalam diri mereka. Salah satu karakternya adalah si Tin Man (Manusia Timah) yang ingin mendapat sebuah hati.
Kemudian si Penyihir memberi tahu si Manusia Timah kalau dia
sudah punya hal itu. Dia menyebutkan kalau perbuatan baiknya adalah bukti dari isi
hatinya. Sebenarnya, si penyihir ingin sekali berkata kalau perbuatan baik yang
sudah dilakukan si Tin Man jauh melampaui perbuatan baik yang dilakukan manusia mana saja.
Hanya saja, dia perlu membagikan kesaksian soal hal itu ke
orang lain. Lalu si penyihir memberinya sebuah arloji dan kotak kecil berbentuk
hati. Sayangnya, tanpa diduga si penyihir itu malah mengucapkan sebuah kalimat yang
sedikit keliru. Katanya, ‘Hati tidak dinilai
oleh seberapa besar kamu mencintai tetapi seberapa besar kamu dicintai oleh orang lain.’
Bagi Manusia Timah, ucapan itu terdengar sangat jujur. Tentu saja
tak ada orang yang tak ingin dicintai bukan? Tapi saat kamu benar-benar memikirkannya,
kamu menyadari kalau pernyataan si penyihir adalah salah satu ucapan tak
penting yang pernah diucapkan. Bahkan HHitler dan Osama bin Laden dicintai oleh
banyak orang. Padahal, kita tahu keduanya malah dikenal sebagai sosok yang palung
kejam dan jahat yang pernah ada di muka bumi. Mereka membuat kekerasan dan membunuh
banyak orang yang menentang visi mereka. Tapi, buktinya mereka dicintai oleh jutaan orang.
Pertanyaannya adalah, ‘Haruskah hati kita dihakimi oleh seberapa
banyak orang yang mencintai kita. Atau seberapa besar orang lain mencintai kita?’
Dalam kitab Lukas 6: 35-36, Yesus berkata “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan
berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan,
maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi,
sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap
orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”
Yesus menjelaskan kepada kita tentang apa itu kasih karena Allah
sendiri udah lebih dulu mengasihi kita dan sudah seharusnya kita membagikan kasih itu kembali kepada orang lain (1 Yohanes 4: 19-20).
Di Roma 5: 8, Yesus bahkan menjelaskan tentang tindakanNya dalam
mengasihi orang-orang berdosa. “Akan
tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Jadi, kasih sejati itu adalah tentang memberi, bukan menerima.
Kita harus mengambil langkah pertama untuk menjangkau musuh kita, yang tidak
mengasihi kita dan menunjukkan kepada mereka perhatian dan kasih sayang yang tulus
tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Berhentilah menunggu untuk dicintai dan keluarlah untuk mengasihi seseorang lebih dulu. Seperti yang diucapkan oleh si penyihir, ‘Jangan perhatikan orang-orang di balik tirai. Karena mereka tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
Hak cipta John P King, digunakan dengan ijin.