Matius 5: 15
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam
rumah itu.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 97; Lukas 9; Yosua 5-6
Anak-anak sekolah berlindung di bawah meja, para pejalan kaki
meringkuk di selokan dan keluarga-keluarga bersembunyi di bunker halaman belakang.
Selama Perang Dingin, publik diberitahu bagaimana reaksi
semua orang saat serangan nuklir lewat gambar-gambar ikonik ini. Hal itu
memberi mereka harapan bahwa mereka masih bisa bertahan selama peristiwa kengerian perang atom holocaust.
Untungnya, reaksi-reaksi ini tidak perlu diuji dalam kehidupan
nyata. Entah bagaimana berlindung di bawah sebuah meja tidak akan menolong siapapun selamat dari ledakan nuklir.
Sama konyolnya dengan tindakan itu, aku menemukan mentalitas yang
sama tidak efektifnya dalam kehidupan kekristenanku. Saat kita hidup di tengah
dunia yang korup ini, aku mendapati diriku berada dalam posisi jongkok. Aku berharap
orang-orang akan melewatiku. Aku memilih untuk tidak melihat pria gelandangan di
jalan, menolak untuk menawarkan tumpangan kepada orang yang kehujanan, atau membantu seorang gadis yang dihantui rasa takut.
Aku merasa membantu orang lain dengan cara itu sama sekali tidak
aman dan nyaman untuk diriku sendiri. Jadi, aku memilih untuk melindungi diriku sendiri dari keadaan buruk orang lain. Sederhananya, aku memilih menghindar.
“Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10: 39)
Pola seperti yang aku lakukan hanya menawarkan harapan palsu bagi
diriku sendiri sebagai alasan untuk tetap bisa menjalani hidupku. Pola pikir itu
menggodaku untuk mengesampingkan tanggung jawab kehidupan di bawah kasih
karunia. Aku jadi sosok yang tidak mau mempertaruhkan kekayaan, reputasi dan hidupku.
Serta menyerahkan misiku kepada roh ketakutan. Melangkah ke dalam bunker keamanan
palsu, visiku jadi terdistorsi sehingga aku hanya bisa melihat Tuhan sebagai penyedia daripada percaya kalau Dia adalah Allah penguasa hidupku.
“Pencuri
datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya
mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10: 10)
Yesus datang ke dunia bukan hanya untuk bertahan hidup. Itu
bukan pilihannya! Dia justru melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang
lain. Dia melakukan kebaikan melampaui segala kebaikan yang pernah dilakukan manusia.
Dia bertemu dengan Zhakeus di rumahnya. Dia bicara dengan seorang wanita di
sumur. Dia membela seorang pelacur yang diadili oleh tetangganya. Dia juga mau
bersahabat dengan seorang pelacur, penagih pajak, penderita kusta, orang-orang buangan dan para tunawisma.
Yesus mengubah orang-orang yang berantakan itu menjadi utuh
kembali. Dia memilih untuk tidak melindungi dirinya sendiri dari dunia yang kacau
balau ini. Sebaliknya, Dia hadir untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik.
Teladan inilah yang menggugah hatiku dan membuatku terdorong
untuk keluar dari kepompong perlindunganku. Sebagai manusia baru, Yesus memanggilku
untuk bertindak lebih dari sekadar bertahan hidup. Aku didorong untuk mengguncang dunia melalui teladanNya.
Jadi, mari keluar dari startegi Perang Dingin dimana semua orang berlindung di bawah meja. Mari keluar dari bunker yang kita sediakan di halaman belakang kita. Mari mulai bertindak untuk orang lain. Mari terlibat dalam pekerjaan untuk membangun kehidupan yang berdampak. Dan mari biarkan terang Yesus bersinar dari dalam diri kita untuk mengalahkan setiap api yang mengamuk di sekitar kita.
Kita ditakdirkan untuk melakukan lebih dari sekadar bertahan hidup, kita
ditakdirkan untuk berdampak
Hak cipta Gregory M. Watson, digunakan dengan ijin.