1 Korintus 15:58
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan
goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam
persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 113; 1 Korintus 1; Hakim-Hakim 13-14
Sabtu pagi, sehari sebelum Paskah, aku naik mobil ke toko kelontong sekitar 15 mil jauhnya. Di kejauhan, aku melihat sesuatu di langit.
Waktu aku semakin mendekat, aku perhatikan rupanya itu adalah
layang-layang. Aku langsung terbayang saat aku dan suamiku membawa anak-anak ke lapangan terbuka dan bermain layang-layang saat mereka kecil.
Aku bisa melihatnya dengan jelas di pikiranku. Kami akan menikmati momen itu sebagai waktu kumpul keluarga.
“Ya, hari ini, aku akan pergi membeli layang-layang dan menerbangkannya,” pikirku.
Aku mau melakukannya untuk putraku, Byron, yang sekarang
sudah ada di surga. Baru 11 minggu sejak dia pergi, hatiku sangat hancur. Aku
merasa seolah-olah momen itu akan jadi obat untuk menyembuhkan luka itu. Ya, ini yang bisa aku lakukan.
Waktu aku pulang ke rumah setelah belanja, aku menyadari telah kelupaan membelikan layang-layang itu. Aku sangat kesal.
Kami tinggal di kota kecil dan di sana pasti tak ada yang
menjual layang-layang. ‘Oh, baiklah. Aku akan menerbangkan layang-layang itu lain kali saja,” gumamku dalam hati.
Keesokan harinya, aku benar-benar mengalami kesulitan. Aku dan suamiku bertengkar. Dia mengucapkan beberapa hal yang sangat menyakitkan.
Kalau saja aku tida ekstra hati-hati, maka si iblis akan masuk
menyelinap dan sebelum menyadarinya, dia pasti akan mengobarkan ledakan emosi
kita. Di menit berikutnya, suamiku pergi mengendarai truknya untuk bekerja. Dia harus pergi untuk beberapa jam saja.
Aku duduk dan menangis dengan histeris. Aku berulang kali berkata,
“Byron, aku sangat merindukanku. Aku sungguh merindukanmu. Aku berharap bisa bicara denganmu. Tolong Tuhan buarkan Byron bicara kepadaku.’
Bagiku, Byron adalah sahabat yang sangat dekat denganku, bukan
sekadar hubungan ibu dan anak. Kami sering menghabiskan waktu bersama karena kondisi
kesehatannya. Kami selalu berdoa dan saling memberi semangat. Aku benar-benar merasakan kekosongan dalam hidupku hari itu.
Di malam harinya, aku merasa Tuhan memberi tahu aku kalau aku
perlu berdamai dengan suamiku. Kami sudah menabur terlalu banyak ke keluarga kami
sehingga kami mengabaikan pernikahan kami. Aku jelas tidak akan memberikan ruang pada iblis.
Ingat, musuh kita tidak akan pernah mundur saat kita berhadapan
dengan masalah. Jadi, aku mencoba untuk duduk bersama suamiku dan membicarakan semua masalah kami.
Memang kondisinya tidak jauh lebih baik, tapi setidaknya kami
masih saling menghargai satu sama lain. Aku terus berdoa supaya Tuhan sendiri menolong kami.
Sekitar satu jam kemudian, aku duduk di depan komputer Byron.
Aku hanya mencari apa saja yang bisa aku temukan. Aku menemukan sesuatu yang sudah ditulis Byron. Itu adalah awal dari sesuatu yang sedang dikerjakannya.
Byron menulis kalimat ini:
Berpeganglah Erat
Oleh Byron Bohnert
Aku masih
ingat saat kecil ketika orangtuaku membawaku dan kakak perempuanku menerbangkan
layang-layang. Mereka selalu membantu kami mengangkat layang-layang kami di
udara dan begitu layang-layangnya terbang, mereka akan menyerahkan tali layang-layang
itu kepada kami dan berkata, ‘Pastikan memegang talinya erat-erat dan jangan melepasnya.’
Kamu harus memegangnya erat, kalau tidak layang-layang akan lepas landas.
Wow, Tuhan menjawab doaku lagi. Kenapa aku harus ragu? Aku
tahu Byron menulis tentang berpegang teguh kepada Yesus. Aku mulai menangis saat
membacanya. Suamiku berjalan dan bertanya ada apa denganku. Saat aku menyampaikan
hal itu, aku percaya Byron menyuruh kamu untuk berpegangan dengan erat dan jangan sampai terlepas.
Suamiku tiba-tiba menangis. Dia meminta maaf kepadaku dan
Byron atas tindakannya hari itu. Ada lagi doa yang Tuhan jawab. Tuhan sudah membantu kami mengakhiri konflik itu.
Aku mau bilang kepadamu, ‘Teruslah memanggil Tuhan Yesus.
Apapun yang terjadi dalam hidupmu. Jangan lepaskan Dia. Teruslah berjuang untuk
hidup dalam kedamaian dan keharmonisan satu sama lain bahkan saat segalanya tampak semakin buruk.
Dia akan mengirimkan bantuan yang kamu butuhkan dan akan
selalu datang dengan cara yang gak pernah kamu pikirkan.
Ngomong-ngomong, aku pergi ke toko hari ini untuk membeli layang-layang. Aku akan menerbangkan layang-layang itu dan memegang (talinya) dengan erat. Begitulah caraku merayakan Paskah pertamaku tanpa Byron. Ya, aku terluka. Tapi setidaknya aku tahu dia sudah bersama Yesus saat ini. Bukankah itu adalah makna dibalik Paskah yang kita rayakan?
Jangan biarkan masalah masuk dan mencuri imanmu
Hak cipta Sue Bohnert, digunakan dengan ijin.