Ibrani 13:8
Yesus Kristus tetap sama, baik
kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.
Bacaan
Alkitab Setahun : Mazmur 102; Lukas 14;
Yosua 15-16
Apakah kamu percaya kepada
kebaikan Tuhan?
Apakah kamu yakin bahwa Dia
baik kepada kamu Dalam situasi dimana kamu sangat membutuhkanNya?
Dia bahkan memberitahu kepada
menantu perempuannya,
Berkatalah Naomi kepada kedua
menantunya itu, "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; Tuhan
kiranya menunjukkan kasihNya kepada, seperti yang kamu tunjukkan kepada
orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku." (Rut 1:8)
Tetapi sayangnya Naomi
berpikir bahwa kebaikan Tuhan untuk hidupnya sudah habis dan kuburan suami dan
kedua anaknya adalah buktinya?
Katanya di Rut 1:20-21,
"...Jangan sebutkan aku Naomi, sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa
telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi,
tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapa kamu
menyebutkan aku Naomi, karena Tuhan telah naik saksi menentang aku dan Yang
Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."
Sama seperti Naomi, pernah
nggak sih kesedihan dan kekecewaan mendistorsi persepsi kamu mengenai Tuhan?
Saya akui, saya pun pernah
menjadi korban dalam hal ini.
Pada saat-saat seperti itu,
kita kerap beralasan bahwa kita tidak akan membiarkan orang yang kita cintai
menderita jika saja kita memiliki kuasa Tuhan. Lalu karena Tuhan mengijinkan
rasa sakit terjadi, maka kita pun mulai menyimpulkan bahwa Tuhan pasti sedang
marah kepada kita atau setidaknya Dia mungkin melupakan kita.
Hidup dalam masa-masa sulit
seperti itu akan menghalangi kemampuan kita untuk memahami kebijaksanaan Allah
yang abadi.
Sekarang Aku Percaya
Ketika Ruth pulang dari
mengumpulkan jelai dan melaporkan kepada Naomi bagaimana Boaz bersikap baik
kepadanya, Naomi menyatakan
"Diberkatilah kiranya
orang itu oleh Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setiaNya kepada orang-orang
yang hidup dan mati." Lagi kata Naomi kepadanya, "Orang itu kaum
kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita." (Rut 2:20)
Hingga pada akhir kitab Rut,
keadaan dan perspektif Naomi sudah berbalik dengan total. Dia menggendong anak
laki-laki Rut yang akan meneruskan nama keluarga dari suami dan anak-anak
Naomi. Juga para perempuan di kota itupun dengan lembut mengingatkan Naomi
bahwa dia nggak pulang ke rumah dengan tangan kosong, sebab Allah dan Rut
datang bersamanya (Rut 4:15)
Seperti Naomi, kita semua tentu
saja merindukan kebaikan Tuhan ketika kita mendikte bagaimana hal itu harus
terjadi.
Sebaliknya Yusuf, tetap
percaya kepada kebaikan Tuhan bahkan saat berada di penjara.
"Tetapi Tuhan menyertai
Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya dan membuat Yusuf kesayangan
bagi kepala penjara itu." (Kejadian 39:21)
Jika waktu itu Yusuf hanya
fokus pada belenggu dan makanan di penjara maka dia akan kehilangan hal ini, malah
menyalahkan Tuhan karena Tuhan tidak mencegah ketidakadilan ini sejak awal.
Dia pasti menuntut pembebasan
dari Tuhan. Tapi, Yusuf justru tidak melakukannya, dia mengakui kebaikan Tuhan
sekalipun dia belum melihat apa-apa yang baik dalam penderitaannya.
Tuhan mencurahkan kebaikan untuk Naomi dan Yusuf dalam
penderitaan mereka.
Kesedihan Naomi mungkin untuk
sementara membutakan matanya untuk melihat kebaikan dan penyertaan Tuhan tetapi
hal itu sama sekali tidak menghentikan kebaikan Tuhan terjadi.
Sifat Tuhan tidak akan pernah
berubah bagaimana pun keadaan kita. Dia tetap sama, baik kemarin, hari ini dan
selama-lamanya.
"Yesus Kristus tetap
sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani
13:8)
Jadi, mohonlah supaya Tuhan
membuka matamu terhadap bukti kebaikanNya. Berterimakasihlah untuk itu dengan
iman, carilah kebaikanNya.
Sama seperti Tuhan
menggunakan kesedihan dan penderitaan Naomi dan juga Yusuf untuk membuktikan kebaikan-Nya
yang lebih besar, Dia juga akan bekerja dalam cerita hidup kita dan untuk
kebaikan kita juga.
"Kebajikan dan kemurahan
belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan
sepanjang masa." (Mazmur 23:6)
Hak Cipta © Juli, 2018 Debbie
W. Wilson, digunakan dengan izin.