Keluaran 30:34-35
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ambillah wangi-wangian, yakni getah damar, kulit lokan dan getah rasamala, wangi-wangian itu serta kemenyan yang tulen, masing-masing sama banyaknya. Semuanya ini haruslah kaubuat menjadi ukupan, suatu campuran rempah-rempah, seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah, digarami, murni, kudus.
Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 40; Kisah Para Rasul 12; Keluaran 29-30
Bisakah kamu bayangkan bau atau wewangian yang kamu sukai? Mungkin itu bau kue yang baru dipanggang, atau bau kopi atau teh? Mungkin juga bau bunga kesukaanmu, atau rumput yang baru dipotong? Setiap kita memiliki bau wangi kesukaan kita sendiri.
Apakah kamu pernah berpikir bahwa Tuhan juga punya kesukaan khusus dalam hal wewangian? Mari coba kita selidiki tabernakel Perjanjian Lama dan apa yang di dalamnya yang menaikkan wewangian yang disukai Tuhan.
DalamKeluaran 30 dicatat bahwa di atas Tabut Allah berlapis emas Harus harus membakar ukupan dan wangi-wangian. Mezbah ini berada di ruang Maha Kudus, dimana hanya Imam Besar Harun yang boleh melakukan tugas membakar wangi-wangian itu setiap hari. Di ayat 35 dijelaskan bahwa wangi-wangian itu harus "digarami, murni, kudus." Wangi-wangian ini kudus bagi Tuhan dan hanya digunakan untuk tujuan itu. Kata Ibrani untuk parfum adalah "qetoreth" dan itu artinya dupa atau parfum, namun juga bisa diterjemahkan sebagai "bau korban yang harum."
Baca juga
Keluarga Kokoh Karena Ada Istri yang Berdoa
Berdoa Untuk Hal yang Mustahil? Percaya Saja Tuhan Sanggup Lakukan MujizatNya
Ruang Maha Kudus adalah tempat bertemunya Tuhan dengan imam besar yang mewakili Israel. Jadi, tirai yang memisahkan antara Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus adalah seperti pintu untuk masuk ruang tamunya Allah, dan dupa yang dibakar adalah seperti sebuah bel yang memberi tahu Tuhan bahwa Musa atau Harun ingin bertemu dengannya.
Lalu apakah hal ini juga berlaku dengan kita saat ini? Setiap hal yang ada di Perjanjian Lama menunjuk kepada Kristus dan apa yang dikerjakan-Nya di kayu salib. Ketika Kristus mati di kayu salib, tirai bait Allah terbelah dua sehingga tidak ada lagi pintu pemisah antara Tuhan dan manusia bagi mereka yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Dupa atau wewangian merujuk kepada doa-doa kita kepada Tuhan, doa itu harus digarami, murni dan kudus. Doa kita haruslah menjadi korban yang harum yang naik di hadapan Allah, sebuah bau yang menyenangkan hati Allah (Wahyu 5:8). Doa yang murni dan kudus muncul dari hati yang rindu untuk menyenangkan hati Tuhan dan kemauan untuk melakukan Firman-Nya. Kadang kala doa kita menjadi sebuah pengorbanan saat kita berdoa menurut kehendak Tuhan bukan kehendak kita sendiri.
Seorang penginjil dan guru teologi bernama Oswald Chambers pernah berkata, "Doa tidak membuat kita siap untuk melakukan pekerjaan besar; doa itu sendiri adalah pekerjaan besar." Yesus menunjukkan teladan dengan menganggap serius kehidupan doa-Nya selama ia hidup di dunia ini. Kita bisa menemukan berbagai catatan saat Yesus berdoa seorang diri maupun bersama murid-murid-Nya. Yesus tahu betapa pentingnya kehidupan doa bagi anak-anak Tuhan.
Kehidupan doa kita akan membentuk kehendak kita menjadi selaras dengan kehendak Tuhan. Ketika doa-doa kita meninggikan Yesus Kristus dan mencari kehendak Bapa, maka hal itu menjadi dupa yang harum di hadapan Allah. Bagaimana dengan kehidupan doamu?
Copyright © Leah Adams. Digunakan dengan izin.