Yohanes
3:16
"
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Ia telah mengaruniakan anak-Nya
yang tunggal."
Bacaan Setahun : Mazmur 45; Kisah Para Rasul 17; Keluaran 39-40
Ciuman lembut dari orang yang kita cintai adalah hal yang
sangat indah. Ini adalah ekspresi manis dari sayang, simbol kasih sayang
seseorang terhadap orang lain. Si Pecinta film di dalam diri kita selalu senang
saat momen yang telah lama dinanti ini tiba, yaitu ketika dua hati akhirnya
bersatu melalui ekspresi ciuman yang lembut.
Belum lama ini, saya membaca tentang pasangan yang membagikan
ciuman yang sangat spesial. Ceritanya berasal dari kutipan buku Brennan Manning
yang berjudul," Injil Ragamufin." Di dalam nya dia menggambarkan
sebuah adegan yang agak serius antara seorang dokter bedah dan pasangan muda.
Buku itu berbunyi:
"Saya
berdiri di samping ranjang tempat wanita terbaring, wajahnya pasca operasi,
mulutnya bengkok karena lumpuh, agak seperti badut. Jaringan kecil saraf
wajah yang ke saraf wajahnya telah terputus.
Dia akan seperti ini mulai dari sekarang. Saya menyelidiki dengan teliti setiap
lekuk daging di wajahnya; Namun untuk menghilangkan tumor di pipinya, saya
harus memotong saraf kecil itu.
Suaminya
sedang berada di dalam ruangan itu. Dia berdiri di sisi yang berlawanan dengan
tempat tidur dan mereka bersama-sama tampak terdiam di bawah cahaya lampu
malam, terisolasi dariku, saat itu adalah momen yang sangat pribadi.
Siapa
mereka? Aku bertanya pada diriku sendiri. Dia dan mulut miring yang saya buat
ini, yang saling berpandangan dengan pasangannya begitu murah hati, sangat
penuh kasih sayang.
Lalu
wanita muda itu berbicara : "Akankah mulutku selalu seperti ini?"
"Ya,
dia akan terus begitu karena sarafnya sudah dipotong," jawabku. Dia
mengangguk diam dan pemuda (suaminya) itu tersenyum. "Saya
menyukainya," katanya, "lucu sekali."
Seketika
aku tahu siapa dia, saya mengerti dan saya menurunkan pandangan saya. Seseorang
nggak berani dalam pertemuannya dengan Tuhan . Tanpa henti, dia membungkuk
untuk mencium mulutnya yang bengkok dan saya sangat dekat sehingga saya dapat
melihat bagaimana dia memutar bibirnya sendiri untuk mengakomodasi bibir sang
wanita, untuk menunjukkan kepadanya bahwa ciuman mereka masih bekerja."
Sejak saya membaca ceria ini, citra suami muda itu saat
menyentuh mulut sang wanita dan memutar
bibirnya karena ciuman intim dengan istrinya benar-benar mencengkram
hatiku.
Saya memikirkan bagaimana Tuhan secara simbolis melakukan hal
yang sama kepada kita, ketika Dia menciptakan diriNya dalam rupa daging dan
menjadi "manusia" melalui gambar putra-Nya Yesus Kristus.
Betapa kisah cinta Tuhan semesta alam membungkuk dari Surga,
bersandar kepada umat manusia dan mengungkap kasih-Nya kepada orang-orang yang
sangat cacat.
Dia merubah diri-Nya sendiri untuk mewujudkan kasih ter)besar-Nya
kepada generasi yang jatuh," Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini. Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal." (Yohanes 3:16)
Bagaimana kita menanggapi ekspresi cinta sejati yang begitu
indah dengan kemanusiaan kita yang cacat? Kita menanggapi dengan mengakui bahwa
kita diciptakan dari tanah liat dibumi oleh tangan Penjunan Yang Hebat itu
sendiri.
Dalam kemahatahuan-Nya, Dia tahu bahwa kita akan menjadi rusak
dan sesudahnya kita akan membutuhkan cinta tanpa pamrih dari-Nya.
Apa tanggapan kita?
Kita hanya menerima anugerah kasih karunia dan membiarkan Dia membentuk
dan mewujudkan kita menjadi serupa gambaran-Nya. Puisi berikut tampaknya
menyimpulkannya dengan baik:
Raja
berdaulat kita sangat senang
Bila
dengan senang hati Dia melihat
Kemiripan-Nya
muncul
Dengan ciuman-Nya diterima
Jika kamu nggak pernah tahu cinta tanpa syarat dari Raja ini,
Dia ingin kamu tahu bahwa hasratnya selalu kepada kamu dan bahkan sekarang. Dia
merindukan tanggapan kamu. Yang lebih penting, Dia ingin kamu tahu bahwa
ciuman-Nya masih bekerja sampai sekarang.
Jangan menunggu waktu terlalu lama. Datang dan terimalah
"ciuman" dari sang Raja.