Yeremia 29: 11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang
ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan.
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu12[/kitab]; [kitab]Matiu12[/kitab]; [kitab]IIRaj9-10[/kitab]
Mudah
sekali bagi kita untuk mengasihani diri sendiri, dimana biasanya kita akan memilih
makan coklat, membaca, menangis atau mengerang sembari berkata “Celakalah aku!”
Aku juga
mengalaminya saat kami mengadakan reunian SMA dengan teman-teman dan kembali mengenang
kampung halaman di mana aku dibesarkan. Aku pun mulai merasa kedinginan, begadang
dan batuk-batuk sepanjang malam. Senin pukul 2 subuh, baru tiba. Aku pun merasa
tidak maksimal sepanjang hari itu karena kurang tidur. Hari Selasa berikutnya, aku
harus mengajari kelompok studi Alkitab. Dalam perjalanan pulang aku singgah untuk
membeli sejumlah belanjaan di kulkas. Lalu aku mencoba tidur siang sebentar sebelum kami pergi ke komsel mingguan kami.
Di
lanjutkan kembali pada Rabu pagi aku terlambat bangun. Karena aku pikir itu
adalah hari libur. Di kantor, akupun tersandung meja kopi dan membuatku
terjungkal dan melukai jemariku. Sementara aku harus mengompres bagian tanganku
yang sakit dengan es batu selama 20 menit dan aku harus mengerjakan hal-hal lain
dengan satu tangan. Tubuhku mulai komplain dan mengerang, “Aduh, aku masih sangat lelah!”
Apakah benar
kalau inilah waktunya untuk mengasihani diri? Dalam Filipi 2: 14 dikatakan, “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak
bersungut-sungut dan berbantah-bantahan..” Aku pun merenungkan hal ini dan mencoba
menjalani hariku dengan keyakinan bahwa Tuhan selalu memegang kendali atas hidupku (baca Amsal 20: 24).
Kita tidak tahu
pasti alasan Tuhan dan kita juga tidak bisa melihat rencana-Nya. Kita tahu Dia
mengasihi kita dan bekerja untuk kebaikan kita (baca Yeremia 29: 11) Aku memang
nggak mengerti rencana Tuhan bahkan saat aku sedang flu, badan lelah dan pegal ditambah lagi jari tanganku yang cidera. Aku sama sekali tak mengerti.
Seorang teman
dan pendeta menyarankanku untuk meresponi rencana-rencana kita yang tidak
sesuai dengan keinginan kita dengan pertanyaan ini. “Apa selanjutnya?” Waktu
kita bertanya kepada Tuhan, “Kenapa harus aku?” Kita menunjukkan kalau kita
lebih tahu apa yang terbaik bagi kita dari Tuhan. Pada waktunya, Tuhan mungkin
akan menunjukkan kepada kita alasan kenapa kita harus melewati situasi
tertentu. Tapi untuk saat ini, yang perlu kita ketahui adalah apa hal berikutnya yang harus kita lakukan.
Mungkin hari
ini, aku masih duduk dengan melakukan terapi es di tanganku setiap 20 menit
sekali sepanjang hari. Tapi aku lebih memilih untuk bertanya kepada Tuhan, “Apa
yang akan terjadi berikutnya?”
Kita mungkin sangat mudah mengasihani diri. Karena itulah kita perlu keberanian, kesabaran dan kedewasaan untuk mendengarkan dan mengikuti arahan Tuhan.
Jangan tanyakan kenapa masalah selalu menimpa hidupmu,
tapi tanyakan apa yang Tuhan akan lakukan melalui masalah itu