Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 10; Matius 10; Obaja 1
Telah dibuktikan bahwa manusia bisa perpuasa tanpa makan selama 40 hari, puasa tanpa minum selama tiga hari, dan hidup sekitar delapan menit tanpa udara, namun manusia tidak bisa hidup satu detik pun tanpa pengharapan. Apapun yang kita hadapi, kita butuh pengharapan.
Tapi dimanakah kita bisa menemukan harapan yang begitu kita butuhkan itu? Kita tidak bisa menemukannya pada manusia ataupun benda. Tidak juga melalui kancah politik, tehnologi, ilmu pengetahuan atau sebuah hubungan yang harmonis dengan pasangan.
Kadangkala orang menaruh pengharapannya pada investasinya atau rekening bank dan rumah mereka. Tetapi dengar apa yang dikatakan Alkitab, “Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik, yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba.” (Ayub 8:13-14).
Kita seharusnya tidak menaruh pengharapan kita pada manusia, harta ataupun hubungan yang kita miliki, tetapi kita harus menaruh pengharapan kepada Tuhan. Itulah yang Alkitab ajarkan. Kristus adalah sauh bagi kehidupan yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19-20). Di dalam Dia, kita seharusnya tidak pernah mengalami yang namanya putus pengharapan. Mengapa? Karena setiap perkataan Allah dapat kita percaya. Janji-Nya adalah janji yang murni, dan kasih-Nya dalam kehidupan kita begitu besar. Satu hal yang pasti, di dalam Kristus selalu ada pengharapan.
Pengharapan adalah udara bagi jiwa manusia, dan hanya di dalam Kristus kita memiliki pengharapan yang kuat dan aman bagi jiwa kita.