Lukas 19:5
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."
Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 101; Lukas 13; Yosua 13-14
Ia kaya raya, tetapi badannya pendek. Yang lebih parah, ia pemungut cukai. Artinya, ia bekerja pada orang asing; seorang antek penjajah; seorang pengkhianat bangsa. Bangsanya sangat membencinya—begitu benci sampai-sampai mereka tidak sudi mengucapkan namanya; mereka cukup menyebutnya “orang berdosa” (ayat 7). Rumahnya boleh jadi besar dan megah, tetapi orang tampaknya enggan menyambanginya. Tak heran, tak ada orang yang memberinya jalan ketika ia berusaha melihat Yesus. Ia memutar otak, dan menemukan salah satu cara paling unik untuk mendekati Sang Guru: memanjat pohon.
Bisa jadi Yesus geli melihat orang pendek itu bertengger di pohon. Namun yang tak terduga, Yesus menyapanya dengan menyebutkan namanya (ayat 5). Mungkin sudah begitu lama telinga Zakheus (ya, itu dia namanya!) tidak mendengar orang menyebutkan namanya dengan ramah. Bukan itu saja. Yesus juga mau berkunjung ke rumahnya! Betapa melonjak hati Zakheus; serbatakjub dan penuh sukacita. Tak heran, perjumpaan itu membekaskan kesan yang sangat mendalam baginya; bahkan mengubahkan arah hidupnya. Zakheus, si pendek pemungut cukai yang dibenci orang banyak, mengalami keselamatan. Ia menjadi dermawan.
Maukah kita menyapa orang lain seperti yang Yesus lakukan? Orang itu tidak mesti “musuh masyarakat” seperti Zakheus; bisa juga orang yang tidak diperhitungkan di lingkungan kita. Sapalah ia. Kenalilah pribadinya. Hargailah ia sebagai manusia. Hormatilah martabatnya. Dan, berdoalah agar Tuhan menjamahnya dan mengubahkan arah hidupnya—seperti yang terjadi pada Zakheus. (Arie Saptaji/RenunganHarian.net)
Kasih yang tulus menerima orang lain apa adanya, hal itu menyentuh hati dan mengubah kehidupan.