Tangan Penolong
Kalangan Sendiri

Tangan Penolong

Lestari99 Official Writer
      3104
Mazmur 46:2
Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.

Bacaan Alkitab Setahun : Amsal 12; Galatia 1; 1 Raja-Raja 5-6

Mary baru berusia 44 tahun ketika kanker menyerang otaknya dan menghancurkan kemampuannya untuk hidup normal. Dia dapat berbicara cerdas selama satu menit, lalu duduk dengan penuh kebingungan di menit berikutnya. Suami Mary bekerja dan sukarelawan membantu Mary untuk menuangkan sereal dan berjalan tanpa terjatuh. Saya adalah salah satu relawan yang membantunya.

Selama kunjungan yang kedua, Mary menghabiskan satu jam pertama di atas tempat tidur. Dan saya terkejut ketika akhirnya ia malah mencoba mandi, berpakaian, mengenakan kaus kaki, sepatu, makan dan berbagai aktivitas lainnya sendiri. Padahal semua aktivitas sederhana itu dilakukannya dengan susah payah dan hampir selalu tidak pernah berhasil dengan baik. Semua bantuan yang saya tawarkan kepadanya ditolak dengan halus. Saya hanya dapat berdoa untuk keselamatan dirinya dan menunggu, berharap bahwa saya telah melakukan hal yang benar.

Sangatlah menyakitkan untuk menyaksikan bagaimana Mary mencoba melakukan aktivitas sederhana namun terus mengalami kegagalan sementara saya dapat membuat hidupnya lebih mudah. Mary akhirnya berhasil mengenakan sepatunya. Suaminya tiba di rumah sepuluh menit kemudian. Saya mengucapkan selamat tinggal dan pulang ke rumah dengan emosi yang terguncang. Saya tidak pernah bertemu Mary lagi. Ia meninggal di minggu berikutnya. Namun kepercayaan diri Mary terus menghantui saya.

Saya tidak beda dengan Mary. Saya seringkali menolak bantuan orang lain. Saya memiliki mentalitas “Saya dapat melakukannya sendiri”. Dan pastinya saya juga menolak tawaran bantuan dari Tuhan. Saya berpikir Tuhan pasti memiliki banyak hal yang lebih penting daripada sekedar mengurusi masalah saya.

Selama waktu singkat saya dengan Mary, saya mengalami bagaimana rasanya ketika ingin menolong seseorang namun tawaran kita ditolak mentah-mentah. Sungguh menyakitkan. Saya dapat membayangkan bagaimana perasaan Tuhan ketika kita memilih untuk berjalan dengan kekuatan kita sendiri.

Tuhan selalu menawarkan bantuan kepada kita. Lalu kenapa seringkali kita bersikeras hidup dengan kekuatan kita sendiri? Apakah hal itu merupakan kebanggaan bagi kita seolah memproklamirkan bahwa kita tidak membutuhkan Tuhan?

Saya masih belajar untuk selalu meminta bantuan ketika saya membutuhkannya. Dan saya mencoba untuk mengatakan “Ya” ketika seseorang menawarkan bantuan kepada saya. Ini tidaklah mudah. Pelajaran terbesar dari kebersamaan saya dengan Mary adalah saya senantiasa diingatkan bahwa Tuhan adalah penolong saya yang sejati.

Tak pernah sedetikpun Tuhan meninggalkan Anda. IA selalu ada bagi Anda dan pertolongan tangan-Nya senantiasa tersedia bagi Anda.

Ikuti Kami