Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 44; Kisah Para Rasul 16; Keluaran 37-38
Di seluruh Israel tidak ada yang begitu banyak dipuji ketampanannya seperti Absalom. Dari telapak kakinya sampai ujung kepalanya tidak ada cacat padanya. Begitulah pengantar dari penulis kitab Samuel saat memperkenalkan Absalom, putra raja Daud, si pangeran tampan. Tampan dan tanpa cacat, pendeknya begitulah gambaran tentang Absalom. Tanpa cacat mungkin berarti wajah menawan tanpa jerawat yang sembarangan muncul, tubuh atletis yang proporsional, hidung mancung dengan sepasang mata yang tajam.
Sayangnya gambaran mengesankan mengenai tampilan fisik si pangeran ini tidak disertai gambaran yang sama di sisi karakternya. Ia ternyata pendendam. Ia benci Amnon, saudaranya, ia juga benci ayahnya. Setiap kali mengingat perlakuan ayahnya yang pilih kasih terhadap dirinya dan Amnon, emosinya bergolak. Menurutnya Amnon melakukan pelanggaran besar, tapi ayahnya tidak menghukumnya sepatutnya. Ia memang masih muda, dengan emosinya yang suka meledak-ledak.
Meski kisah awal Absalom mengesankan, tapi akhir kisahnya gelap. Hidupnya disudahi dengan cara yang tragis, mati tergantung di pohon tarbantin. Apakah terbayang oleh Anda, seorang pangeran tampan seperti di negeri dongeng, sosok yang pernah dielu-elukan masyarakat, anak raja, berakhir dengan mati tersangkut di pohon? Seandainya saja ia tidak usah memendam panas hati itu. Seandainya saja ia membicarakannya dengan ayahnya secara pribadi. Seandainya saja ada pemberesan antara Daud, sang ayah dengan Absalom untuk segala luka itu. Seandainya saja...
Apakah ada pemberesan masalah emosi yang perlu Anda bereskan?