Mempersembahkan Tubuh Sebagai Korban yang Sejati Bagi Tuhan
Kalangan Sendiri

Mempersembahkan Tubuh Sebagai Korban yang Sejati Bagi Tuhan

Lori Official Writer
      146

Shalom, saudaraku yang dikasihi Tuhan. Bersyukur kita dapat bertemu lagi hari ini oleh kasih-Nya. Di penghujung bulan April ini, kita merenungkan karya Yesus yang mati dan bangkit bagi kita. Lalu apa bukti kasih kita kepada-Nya?

Saya sangat antusias dengan topik hari ini: penyembahan kepada Allah. Apa sebenarnya makna penyembahan? Mari kita renungkan bersama.

 

Ayat Renungan: Roma 12: 1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”

 

Sering kali orang berpikir bahwa penyembahan berarti memberi sesuatu kepada Tuhan — uang, waktu, tenaga — atau terlibat dalam pelayanan seperti berkhotbah, memimpin pujian, atau melayani di gereja. Itu semua benar. Namun, apa yang sebenarnya dimaksud dengan penyembahan sejati?

Mari kita lihat Roma 12: 1. Penyembahan sejati adalah mempersembahkan tubuh kita kepada Allah — sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya.

Tubuh kita, dengan semua anggota seperti mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki, dipakai untuk memuliakan Tuhan. Contohnya mulut. Secara daging, kita cenderung bergosip, mengomentari dengan negatif, atau berbicara sesuka hati. Tetapi Tuhan mengajarkan kita untuk mengendalikan mulut. Mengendalikan mulut bukan hal mudah — ini adalah bentuk pengorbanan dan puasa rohani yang mahal. Saat kita menjaga perkataan, menahan keinginan daging, dan memilih berbicara sesuai kehendak Tuhan, kita mempersembahkan korban yang sejati.

Demikian juga dengan tangan kita. Biasanya kita ingin melakukan apa yang kita sukai, tetapi Tuhan menghendaki agar apa yang kita kerjakan memuliakan nama-Nya. Ini juga membutuhkan pengorbanan dan kerja keras.

Saudaraku, inilah makna persembahan sejati: memberikan seluruh hidup, tenaga, dan waktu kita untuk menyenangkan Tuhan, bukan sekadar untuk kepentingan sendiri. Dalam Markus 12: 30, kita diingatkan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Artinya, seluruh pikiran, perasaan, dan kehendak kita dipersembahkan untuk Tuhan. Bukan untuk diri sendiri.

Penyembahan sejati berbicara tentang kasih kita kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri. Itulah sebabnya Yesus bertanya kepada Petrus, "Apakah engkau mengasihi Aku?"

Jika kita mengasihi Tuhan, kita dipanggil untuk memikul salib dan menyangkal diri — memilih kehendak Tuhan di atas keinginan pribadi. Menyangkal diri berarti berani menanggalkan kedagingan dan mengikuti kehendak Roh. Di sinilah letak penyembahan sejati: menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan.

Yesus sendiri adalah korban sejati. Ketika kita mengasihi Tuhan, Dia sedang mengajar kita melalui proses — untuk menanggalkan keinginan dan kedagingan kita, dan mengikuti kehendak-Nya.

 

Momen Refleksi:

Dalam bulan ini, apa yang paling berharga bagi Anda dan berani Anda korbankan sebagai bukti kasih kepada Tuhan? Bagi Anda yang mau menerima tantangan ini, Anda sedang bertumbuh menjadi pribadi seperti Kristus.

 

Hak cipta ©Maria Kaesmetan, Staff Spiritual Life CBN Indonesia

Ikuti Kami