Ulangan 6: 5-7
Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 15; Wahyu 21; Ayub 6-7
Ayat di atas mencatat satu poin penting yang perlu kita tahu yaitu bahwa ciri khas seorang murid yang sejati adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatannya. Dengan kata lain, kita tidak mengasihi Tuhan dengan setengah hati atau biasa-biasa saja. Tapi sepenuhnya!
Untuk mengasihi Tuhan sepenuhnya, kita perlu mengalami kasih mula-mula. Ini adalah kasih yang kita rasakan saat pertama kali mengenal Tuhan. Kasih mula-mula membuat kita tidak berhenti untuk selalu dekat dengan Dia dan selalu haus untuk berdoa, berpuasa, membaca Alkitab, memuji dan menyembah Dia sepanjang waktu.
Pertanyaannya adalah apakah kamu masih memiliki kasih seperti itu saat ini?
Atau apa kamu justru tidak lagi merasakannya? Apa kira-kira yang membuatmu kehilangan kasih itu?
Mari temukan kembali kasih mula-mula itu dengan melakukan dua langkah ini.
Pertama-tama, dorong dirimu untuk selalu membaca dan merenungkan firman Tuhan berulang-ulang setiap hari. Posisikan dirimu sebagai seorang murid mau belajar setiap hari tanpa henti. Sehingga semakin kamu mempelajari kebenaran firman-Nya, semakin kamu menyadari pentingnya tinggal dekat dengan Tuhan.
Di sekolah, seorang murid yang rajin belajar sangat identik dengan murid yang pintar. Sebaliknya, seorang murid yang tidak memiliki niat untuk belajar akan malas dan tidak tahu apa-apa.
Tahukah kamu, kondisi serupa juga bisa terjadi kepada kehidupan rohani kita. Saat kita membaca firman Tuhan berulang-ulang maka otot iman kita akan semakin kuat. Hal sebaliknya akan terjadi, saat kita jarang membacanya maka kehidupan rohani kita pun akan mulai sekarat. Kita menjadi orang-orang yang kekurangan nutrisi rohani. Saat kondisi ini terjadi, hati kita akan menjadi tawar kepada Tuhan.
Kedua, mengajarkan dan membicarakan firman Tuhan kapanpun dan dimanapun kita berada. Kita bisa mengajak pasangan, anak, rekan kerja, teman sepelayanan, teman komsel ataupun tetangga kita untuk membahas firman Tuhan. Kita hanya perlu berani untuk memulainya!
Saat kita tekun melakukan kebiasaan ini, hasilnya akan menakjubkan. Ini adalah tugas seorang pemimpin rohani yang sudah dewasa dalam iman.
Sebagai pemimpin, bagikan kebenaran firman yang kamu dapatkan kepada orang lain. Atau jika kamu memiliki kesaksian tentang kasih, kebaikan dan pertolongan Tuhan, sampaikan pengalaman tersebut kepada orang lain. Karena kesaksian kita bukan hanya membuat Tuhan dipermuliakan di surga, tetapi juga bisa mendorong orang lain untuk mengenal Tuhan.
Seorang pemimpin rohani biasanya akan mengajarkan firman Tuhan yang didapatkannya baik dari membaca, merenungkan maupun mendengarnya kepada orang-orang yang dimuridkannya. Dengan harapan, firman ini akan memberikan pertumbuhan iman kepada para murid. Tapi pengajaran ini harus terus menerus dilakukan sampai para murid benar-benar dewasa secara iman dan akhirnya siap menjadi pemimpin yang baru.
Di dalam Alkitab, kita bisa belajar dari bagaimana Paulus sebagai pemimpin rohani mengajar muridnya Timotius sampai dia benar-benar siap diutus.
Saat Timotius akan memulai tugas pelayannya, Paulus menyampaikan satu pesan penting. Katanya, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” (2 Timotius 2: 2)
Renungan hari ini mengingatkan kita untuk tidak jemu-jemu belajar firman Tuhan. Karena dengan itu kita akan semakin bertumbuh dalam pemahaman baru dan siap untuk mengajarkan firman itu kembali kepada orang lain.