Apakah kita pernah membayangkan rintangan-rintangan yang harus diatasi saat seseorang berjalan kaki dari New York ke San Fransisco? Saat seorang pemecah rekor berhasil melakukannya, dia kemudian ditanya mengenai rintangan terbesar yang dihadapinya dalam perjalanan.
Namun jawabannya di luar dugaan. Bukan perjalanan mendaki gunung atau menyeberangi hamparan gurun pasir yang panas, kering, dan tandus yang menjadi tantangan terberatnya. “Yang hampir-hampir membuat saya menyerah dalam perjalanan ini adalah pasir dalam sepatu saya.”
Kisah ini sekaligus mengingatkan kita, bahwa kita juga dapat dikalahkan secara rohani, yang berawal dari hal kecil yang mengganggu. Kita membiarkan kata-kata yang kasar dan merendahkan, atau kesalahpahaman, mengecewakan kita. Atau dengan membiarkan orang-orang di sekitar kita memberikan pengaruhnya yang meskipun kecil, tapi tidak benar.
Bukannya berkomitmen untuk menghindari yang jahat, baik itu kecil ataupun besar ([kitab]amsal4:14-27[/kitab]), kita malah berkompromi dengan hal-hal itu. Kita lupa untuk datang kepada Tuhan, memohon pengampunan, dan pertolongan dari Nya.
Pada abad ke-16, Sir Francis Drake, penjelajah asal Inggris, telah berlayar keliling dunia. Namun, saat menyeberangi Sungai Thames, badai besar mengancam akan membalikkan kapalnya. Lalu ia berseru, “Akankah saya yang telah berhasil menghadapi badai di lautan akan tenggelam di sebuah selokan?”
Alangkah bijaksana jika kita bertanya pada diri sendiri, “Akankah saya, yang telah sampai sejauh ini menjalani hidup dengan iman, akan dikalahkan oleh ‘pasir dalam sepatu saya’?” Tentu kita harus menjawab dengan pasti, “Tidak!” (Sabda.org)