Kejadian 15:18
Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.”
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 52; Kisah Para Rasul 24; Imamat 14-15
Manusia adalah pribadi yang sulit percaya dengan janji, mengapa? Karena sebagai manusia, mereka sendiri sering ingkar janji. Untuk itu, tidak mudah bagi seseorang mempercayai janji orang lain. Jangankan janji yang cuma diucapkan, janji yang tertulis dan memiliki kekuatan hukum saja sering diingkari. Jadi, jika Abraham sulit percaya janji Tuhan itu adalah sesuatu yang manusiawi.
Berlawanan dengan manusia, Tuhan sangat peduli dengan sebuah janji. Dikatakan dalam Mazmur 12:7 bahwa, “Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.” Tidak seperti manusia, Tuhan selalu menepati janji-Nya. Itu sebabnya Dia disebut Allah perjanjian. Tuhan pun sangat menghargai orang-orang yang mempercayai janji-Nya dengan sepenuh hati. Seperti yang dituliskan dalam Alkitab, Tuhan memperhitungkan kepercayaan Abraham sebagai kebenaran.
Kita sebagai orang Kristen seharusnya hidup seperti Abraham. Karena Alkitab sendiri adalah kitab perjanjian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jadi, kita hidup dalam janji-janji Tuhan. Dalam perjanjian, kedua belah pihak memiliki hak dan kewajiban. Satu hal yang pasti, Tuhan pasti akan melakukan hak dan kewajibannya. Namun kita sebagai orang percaya hanya akan menerima janji-janji tersebut jika melakukan hak dan kewajiban kita. Jadi, kita jangan menuntut Tuhan untuk menggenapi janjinya dalam hidup kita jika tidak melakukan bagian kita. Percayalah bahwa jika Anda melakukan bagian Anda, Tuhan pasti melakukan bagiannya. Janji itu pasti digenapi.
Jika Anda menuntut Tuhan menggenapi janji-Nya, Tuhan pun menuntut Anda melakukan bagian Anda, percaya kepada-Nya sepenuhnya.