Keluaran 16:35
Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 41; Kisah Para Rasul 13; Keluaran 31-32
“Semuanya mahal..” demikian keluh ibu saya. Berita mahalnya bahan pokok dan kebutuhan dapur kini sering muncul di televisi, mulai dari beras, cabai, hingga tahu. Untuk para ibu rumah tangga tentu pusing ketika harus menyiapkan makanan bagi keluarganya, apa lagi jika uang belanja terbatas.
Kondisi ini membawa saya mengingat bagaimana beruntungnya bangsa Israel saat dipimpin Musa keluar dari tanah Mesir. Selama empah puluh tahun, bangsa Israel merasakan penyediaan Tuhan dalam hidup mereka. Enam hari mereka memungut manna sesuai dengan kebutuhan keluarga mereka, dan di hari ke enam mereka memungut untuk kebutuhan dua hari, yaitu untuk esok harinya yang merupakan hari sabat. Tidak hanya itu, ketika mereka menggerutu dan menginginkan daging, Tuhan mengirimkan burung-burung puyuh. Mereka sama sekali tidak bertani atau beternak untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka. Sekalipun demikian, tetap saja orang Israel lebih sering menggerutunya dari pada mensyukuri penyediaan Tuhan yang luar biasa itu.
Dari kisah bangsa Israel tersebut saya memetik sebuah pelajaran penting: bukan masalah mahalnya bahan makanan saat ini yang harus saya perhatikan, tetapi apakah saya bisa mengucap syukur dengan berkat yang Tuhan berikan setiap harinya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana Tuhan menyediakan manna selama empat puluh tahun bagi bangsa Israel. Namun satu hal yang saya baca di Alkitab, Tuhan tidak pernah membuat bangsa Israel kelaparan satu hari pun. Saya percaya hal ini berlaku juga dalam hidup orang percaya. Jika burung yang tidak menabur dan tidak menanam Tuhan pelihara, demikian juga dengan kita orang percaya yang adalah biji mata-Nya. Puji Astuti/Jawaban.com
Arahkan pandangan Anda bukan pada besarnya masalah yang Anda hadapi, tapi pandanglah kebesaran Tuhan yang sanggup menolong Anda.