Terlalu Sibuk untuk Berdoa?
Kalangan Sendiri

Terlalu Sibuk untuk Berdoa?

Lori Official Writer
      107

Shalom saudara terkasih, saya Maria Kaesmetan kembali menyapa Anda. Saya terus mendoakan Anda agar hidup kita dipenuhi sukacita yang sejati—bukan karena harta, jabatan, atau reputasi, tetapi karena kita tinggal di dalam Tuhan.

 

Ayat Renungan: Markus 1: 35 “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”

 

Pagi ini saya mengajak Anda untuk jujur tentang hal ini, bahwa ucapan “tinggal di dalam Tuhan” seringkali hanya menjadi konsep, wacana, atau sekadar niat tanpa tindakan nyata. Padahal Tuhan telah memberikan kepada setiap orang waktu yang sama: 24 jam sehari. Tidak pandang status atau latar belakang – orang kaya, menengah atau siapapun itu, semua diberi Tuhan porsi waktu yang sama. Setiap orang diberikan pilihan dan hak untuk mengaturnya. Jadi, apakah kita memasukkan daftar jadwal untuk membangun relasi dengan Tuhan atau memilih menjadi orang yang sibuk, itu menjadi tanggung jawab kita. 

Kita punya banyak alasan untuk berkata “Saya terlalu sibuk untuk berdoa.” Bangun pagi-pagi sudah dihujani notifikasi dan rutinitas yang mendesak. Tetapi jika kita boleh melihat lebih dalam, kita akan menemukan fakta bahwa kesibukan itu hanyalah soal prioritas. Kita bebas memilih untuk mendahulukan Tuhan atau menundanya karena hal lain yang kita anggap lebih mendesak.

Yesus sendiri memberi kita teladan yang luar biasa. Dalam Markus 1:35, diceritakan bahwa, “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” Ia tidak tinggal dalam kenyamanan tempat tidur-Nya. Ia tahu hari-Nya akan penuh tuntutan, tetapi Ia memulai dengan membangun koneksi dengan Bapa terlebih dahulu.

Mengapa? Karena tanpa terhubung dengan sumber kekuatan sejati, segala aktivitas kita akan terasa kosong dan melelahkan. Dengan berdoa, kita mendapat hikmat, damai, dan arahan ilahi. Maka jika Yesus saja memprioritaskan waktu bersama Bapa, mengapa kita tidak?

Jika kita melatih diri untuk memulai hari bersama Tuhan, maka ketika badai datang, respons kita bukan panik, melainkan langsung berseru kepada Tuhan. Doa menjadi nafas hidup kita, bukan sekadar rutinitas darurat.

Saudara, apakah Anda terlalu sibuk untuk berdoa? Atau Anda terlalu rindu untuk melewatkan pertemuan paling penting hari ini bersama Tuhan?

 

Momen Refleksi:

✔ Apakah saya sedang menukar waktu bersama Tuhan dengan hal-hal lain yang kurang bernilai kekal?

✔ Kapan terakhir kali saya bangun pagi-pagi benar hanya untuk berdoa, bukan karena alarm aktivitas duniawi?

✔ Apa yang bisa saya ubah mulai hari ini agar doa menjadi prioritas, bukan sisaan waktu?

Mari kita ambil waktu satu bulan ke depan untuk membangun kebiasaan baru: mendahulukan Tuhan di tengah berbagai kesibukan hidup. Catat perubahan yang terjadi—baik secara rohani, emosional, maupun praktis.

Selamat berproses, Tuhan Yesus memberkati.

 

Hak cipta ©Maria Kaesmetan, Spiritual Life CBN Indonesia

Ikuti Kami