Selamat pagi, saudara-saudari terkasih dalam Kristus. Pada kesempatan berharga ini, saya mengajak kita semua untuk merenungkan sesuatu yang sangat mendasar namun seringkali terlupakan dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari: Semuanya berawal dari Allah.
Ayat Renungan: Kolose 1:16 (TB) "karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia."
Di usia yang matang ini, kita mungkin telah mengumpulkan berbagai pencapaian, entah dalam karir, keluarga, atau pelayanan. Namun, ada satu pengingat penting yang ingin saya bagikan pagi ini: Ini bukan mengenai saya.
Seorang pencipta, dalam kebijaksanaan dan kekuasaannya, selalu tahu tujuan dari ciptaannya. Demikianlah dengan kehidupan kita yang telah diukir indah oleh tangan Tuhan. Apakah kita pernah berhenti sejenak untuk bertanya, "Untuk apa sejatinya aku diciptakan?"
Kita mungkin telah mencapai berbagai target dan berhasil membangun reputasi di mata dunia. Namun, apakah itu benar-benar mencerminkan tujuan hidup yang Tuhan rencanakan bagi kita? Atau kita hanya terjebak dalam pencarian makna yang terus menerus tanpa menemukan kepuasan sejati?
Dalam perjalanan spiritual kita, ada tiga pegangan kuat yang harus kita ingat agar kita selalu mengarahkan hidup kepada Tuhan, bukan kepada diri kita sendiri:
Identitas dan Tujuan Hidup: Hanya dalam hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus, kita bisa menemukan siapa diri kita sebenarnya dan apa tujuan hidup yang sesungguhnya. Bukan pada pencapaian dunia, melainkan dalam kasih dan rencana-Nya bagi kita.
Rencana Tuhan: Sebelum kita terbentuk di dalam kandungan, Tuhan sudah memiliki rencana untuk hidup kita. Kita tidak dapat memilih tujuan hidup kita sendiri, karena itu telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.
Tujuan Ilahi: Tujuan hidup kita dirancang oleh Tuhan untuk melampaui tujuan-tujuan duniawi. Kita diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar, yang melintasi batas waktu dan ruang, menuju kekekalan.
Saudara-saudari yang dikasihi, di pagi hari ini, marilah kita mengarahkan kembali fokus hidup kita kepada Tuhan, sumber kehidupan kita. Dalam Dia, kita menemukan identitas, arti, dan tujuan hidup yang sejati. Ingatlah, keberhasilan sejati bukan diukur oleh standar dunia, melainkan oleh seberapa jauh kita hidup sesuai dengan rencana dan tujuan Ilahi yang telah ditetapkan bagi kita.
Pertanyaan Renungan: Bagaimana saya bisa mengingatkan diri sendiri bahwa hidup ini benar-benar tentang hidup untuk Tuhan, bukan untuk diri saya sendiri?
Marilah kita memulai hari ini dengan hati yang terbuka untuk mendengarkan suara Tuhan, menjadikan-Nya pusat dalam segala hal yang kita lakukan. Semoga kita selalu dipenuhi dengan kedamaian dan kebahagiaan yang berasal dari kehidupan yang berpusat pada Tuhan. God bless you.
@Nely Hergendi, diinspirasi dari The Purpose of Driven Life