Menjalani Hidup dalam Kemenangan
Kalangan Sendiri

Menjalani Hidup dalam Kemenangan

Liana M. Tapalahwene Contributor
      2615

Pengkhotbah 11:6-8

“Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik. Terang itu menyenangkan dan melihat matahari itu baik bagi mata; oleh sebab itu jikalau orang panjang umurnya, biarlah ia bersukacita di dalamnya, tetapi hendaklah ia ingat akan hari-hari yang gelap, karena banyak jumlahnya. Segala sesuatu yang datang adalah kesia-siaan.”

 

Bacaan Setahun : Amsal 15; Galatia 4; 2 Tawarikh 1-3

Kehilangan orang terdekat atau yang kita sayang, tentunya meninggalkan duka yang sangat dalam. Saat saya kehilangan mami untuk selamanya, rasanya dunia seakan runtuh. Saya kehilangan pegangan dan merasa seorang diri. Saya berpikir apakah saya mampu hidup tanpa belaian kasih sayang seorang ibu?

Kehilangan memang meninggalkan dukacita, tapi kenangan akan membawa kita menikmati hari-hari baru yang penuh warna. Memang secara fisik kita tidak akan bertemu lagi dengan mereka. Namun momen nostalgianya membawa kita merasakan penyertaan Tuhan yang memampukan kita untuk menjalani hidup. Rasa kasih dan sayang mami masih saya rasakan sampai saat ini.

Itulah sepenggal cerita saya akan janji Tuhan dalam kehidupan kita. Yesaya 55:12 katakan, “Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.”

Segala sesuatu di muka bumi ini ada masanya. Saya yakin bahwa kepergian mami dalam iringan tangis adalah kepergian dalam sukacita rangkulan Bapa. Dukacita memang tidak dapat kita hindari, namun percayalah bahwa penghiburan dari Allah Bapa akan diberikan kepada kita. Sampai saat ini, ketika saya dapat berdiri tegar dalam keadaan berduka sekalipun, yang saya rasakan adalah penghiburan sejati dari Bapa menyertai hidup saya.

Siapkah kita untuk menjaga hidup kita tetap bersih dan melakukan bagian kita dalam kebenaran, sehingga anugerah yang luar biasa dapat kita nikmati? Bersiaplah menerima janji Tuhan yang “ya dan amin” di dalam kehidupan kita.

 

Semoga lewat perenungan ini, dukacita Anda digantikan Tuhan dengan sukacita. Saya mengajak Anda untuk menjadi pribadi yang membawa berkat bagi orang lain, teruskan pesan firman Tuhan ini. Jadilah pewarta kabar sukacita, hiburkan mereka yang berduka. Tuhan Yesus memberkati.

 

Renungan ini dibuat oleh Liana M. Tapalahwene.

Ikuti Kami