Ketidaksempurnaan Bukan Karena Dosa, Tetapi Supaya Pekerjaan Tuhan Dinyatakan Atas Kamu
Kalangan Sendiri

Ketidaksempurnaan Bukan Karena Dosa, Tetapi Supaya Pekerjaan Tuhan Dinyatakan Atas Kamu

Naomii Simbolon Official Writer
      4623

1 Korintus 1:27

“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.”

 

Bacaan Setahun: Mazmur 39; Kisah Para Rasul 11; Keluaran 27-28

Dalam pertandingan sepak bola, pria dengan kaos bergaris dan membawa peluit dan berkuasa atas orang-orang kuat, berotot, besar dan hebat di dalam lapangan. Selain itu, dia juga memiliki otoritas tertinggi dalam pertandingan. Mereka memiliki kuasa untuk menghentikan permainan dan mengeluarkan pemain yang memberontak keluar lapangan. Orang itu adalah wasit pertandingan Itulah jenis wewenang yang Yesus klaim untuk diriNya sendiri.

Terlepas dari usaha Iblis untuk mengendalikan alam semesta dan kehidupan manusia, Yesus mengenakan kemeja bergaris dan membawa peluit disana. Dia menguasai lapangan pertandingan tersebut.

Ada banyak contoh otoritas illahi dalam kehidupan Yesus. Salah satu yang paling mencolok adalah penanganannya terhadap orang buta di dalam Injil Yohanes yang kesembilan.

“Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang murid yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini atau orang tuanya sehingga ia dilahirkan buta? Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” (Yohanes 9:1-3).

Mukjizat pertama dari kisah ini adalah bahwa Yesus melihat orang itu. Murid-murid melihatnya dengan masalah teologis. Saat membaca keseluruhan isi Alkitab, kita akan melihat bahwa para tetangganya memandang pria itu sebagai perusak pemandangan. Orang Farisi melihatnya sebagai hal yang memalukan, karena penyembuhan pria itu benar-benar bertentangan dengan posisi religious mereka. Tapi Yesus melihat orang itu. Yesus melihat sebuah kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baik bagi orang yang terluka.

Mudah bagi kita untuk bertindak seperti yang dilakukan para murid. Kita melihat suatu masalah dan langsung menganalisanya secara teologis. Seperti para murid yang mulai diskusi teologis dengan merefleksikan kepercayaan Yahudi pada saat itu. Agama populer pada zaman itu yang berkeras bahwa ada hubungan langsung antara dosa pribadi seseorang penderita dengan penyakitnya.

Penyembuhan pria ini adalah cara Yesus untuk mengoreksi teologi mereka yang salah.

Intinya adalah bahwa Yesus menanggapi kebutuhan manusia tanpa menimpakan rasa bersalah yang tidak perlu padanya. Hal yang sama yang dilakukan-Nya saat Dia bertemu kita. Dia datang kepada kita pada titik kebutuhan kita dan tidak teralihkan oleh spekulasi apapun.

Ada waktunya untuk menganalisis tetapi ada juga waktunya untuk membantu. Tak seorangpun dari kita yang akan berpikir untuk melemparkan buku cara berenang kepada seseorang yang akan tenggelam.

Hal yang tak terduga dalam cerita ini adalah begitu banyak orang saat ketemu dengan mujizat namun menunjukkan karakter mereka yang negatif dan penuh dengan kritik.

Sekitarnya mengenalnya sebagai orang buta dan hampir nggak bisa memahami fakta bahwa dia bisa melihat sekarang. Sebagian besar dari mereka nggak dapat menerima kenyataan bahwa Yesus telah mengubahnya.

Pria yang lahir buta hanya memiliki satu jawaban atas kritik itu,” Satu hal yang saya tahu. Saya buta tapi sekarang saya melihat!”

Yap! Bahwa apa yang telah dilakukan oleh Yesus untuk kita adalah jawaban terkuat kita dari setiap penentang kita. Pria itu jujur, karena dia tidak tahu hal lain selain dari satu hal tadi, bahkan dia belum pernah melihat Yesus.

Sebelum akhir perjumpaannya dengan Yesus, dia mengalami pewahyuan yang terbesar. Yesus menemukannya setelah dia dikucilkan para pemimpin agama. Dia belum pernah ketemu Yesus, tetapi dia ingin tahu Yesus sehingga dia bisa percaya padaNya.

Di Yohannes 9:37-38 dituliskan:” Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu! Katanya: “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud menyembah-Nya.”

Nah, itu adalah pola yang konsisten bagaimana Tuhan berurusan dengan kita. Dia datang kepada kita dalam kebutaan kita, dalam kelemahan bahkan rasa sakit kita. Dia menyentuh kita dan sentuhan itu membuka pintu sehingga kita percaya kepada Yesus dan menyembahNya. Jika kita pernah berjuang dengan kelesuan dalam ibadah kita, yang perlu kita ingat adalah kata-kata orang buta itu setelah dia sembuh.

Kata-kata itu, bisa kita temukan juga dalam lagu Amazing Grace:” Saya pernah hilang, tapi sekarang saya ditemukan. Tadinya buta tapi sekarang saya bisa melihat.” Saya mungkin tidak tahu banyak, tapi saya tahu persis apa yang telah Yesus lakukan untuk saya.

Copyright © Wally Odum 2012. Used by permission.

Ikuti Kami