"Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." Matius 11:29
Modal utama murid adalah hati yang rela dididik, diproses, ditempa dan
dibentuk, sebab proses pembelajaran itu bukan hanya transfer knowledge,
tetapi juga ada character building. Selama kita masih mengeraskan hati
dan tegar tengkuk, sampai kapan pun kita tidak akan pernah mencapai tahap
menjadi murid sejati. Ayat nas menyatakan bahwa murid harus punya kerelaan memikul
kuk yang dipasang gurunya. Kerelaan hati memberi diri untuk dipasang kuk adalah
pertanda bahwa kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan Yesus, selaku
Guru Agung kita.
Kuk adalah: palang kayu dengan jepitan kayu vertikal yang memisahkan kedua
binatang penarik sehingga bersama-sama dapat menarik beban berat; palang
kayu tunggal dengan jerat tali yang diikatkan ke leher binatang penarik. Dengan
"kuk" kita dipaksa tunduk atau taat, yang secara daging terasa sakit
dan membuat kita sangat menderita. Namun "...karena Kristus telah
menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan
pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani,
ia telah berhenti berbuat dosa -," (1 Petrus 4:1). Inilah yang
dimaksudkan penyerahan diri: menundukkan diri pada otoritas dan kehendak-Nya.
Menjadi murid Kristus ada harga yang harus dibayar:
korban waktu, tenaga, pikiran, serta rela melepaskan semua kenyamanan untuk
belajar dari-Nya. Jangan sampai sudah lama menjadi Kristen tapi hidup kita
tetap saja belum berubah dan sama sekali tidak menunjukkan kualitas hidup yang meneladani Sang Guru.