Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 91; Filipi 4; Mazmur 111, 113
Banyak orang yang menjalani hidup dengan apa adanya, sampai tiba-tiba semuanya menghilang tanpa jejak dan tanpa makna. Hari-hari berlalu begitu saja. Dan yang terjadi kemudian hanyalah penyesalan berkepanjangan di hari tuanya karena tidak menjalani hidup secara maksimal. Orang seperti ini bagaikan orang yang hidup namun sebenarnya tidak benar-benar hidup. Menurut Anthony de Mello, orang seperti ini bagaikan seorang yang “tidur” dalam menjalani kehidupan.
Dalam istilah Paulus, mereka yang tidak memperhatikan dengan saksama bagaimana menjalani hidup adalah orang bebal. Dia hanya memancarkan kegelapan dan kesuraman dalam hidupnya. Namun mereka yang berlaku sebaliknya disebut orang bijak. Tejntu saja kita tidak ingin dijuluki sebagai orang bebal. Namun, menjadi orang bijak tidaklah mudah.
Bijaksana itu berarti pandai memanfaatkan waktu, selalu rindu untuk memahami kehendak Allah, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang mencemarkan. Orang yang bijak penuh semangat, sebuah kata yang keluar dari bibirnya penuh dengan makna dan berkat, dan mampu bersyukur dalam segala keadaan. Orang bijak juga hidup dengan rendah hati sebagai tiruan dari gaya hidup Kristus. Sebuah daftar yang panjang, bukan? Namun, daftar ini sesungguhnya dapat diringkas, yaitu orang bijak akan mengalami dan memancarkan keilahian Kristus dalam pemikiran, perkataan, dan tindakannya. Kristus sendiri yang bercahaya atas hidupnya (ayat 14).
Apa yang saat ini sedang kita kirim kepada dunia: refleksi cahaya Kristus atau kegelapan hati? Hasrat terkuat apakah yang kita miliki: hidup untuk berbagi terang Kristus kepada orang lain atau hanya membuang-buang waktu tanpa arti?
Ketika kita hidup dengan bijaksana, bukan kesia-siaan yang kita hadirkan di dunia ini.