1 Tesalonika 5: 16-18
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 62; Markus 6; Bilangan 7-8
“Apa sih kehendak Tuhan buat hidupku?” Berapa sering kamu merenungkan pertanyaan ini? Berapa banyak kamu mempelajarinya? Berapa banyak buku sumber yang kamu baca soal hal itu?
Kamu gak perlu mencarinya kemana-mana karena kitab Tesalonika sudah menyampaikannya dengan jelas. Bahkan sesuatu yang sangat penting dan berguna bagi kita tertulis di surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat Tesalonika itu.
Kata Paulus, “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
Mungkin kamu akan berkata, “Ya memang di sana ditulis begitu dan terdengar baik dan cukup puitis. Tapi apakah maknanya cukup dalam? Apa gak seharusnya ada lebih banyak lagi pesan tentang itu? Apakah pesan itu bersifat praktis?”
Jika kamu masih belum puas dengan jawaban di Tesalonika, mari beranjak ke Perjanjian Lama. Di Mikha 6: 8 dituliskan, “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Ya, pesan ini masih cukup sederhana dan menunjukkan kalau kehendak Tuhan itu bukan sesuatu yang misterius yang harus dipecahkan sebelum kita tahu lewat tindakan dan keputusan kita. Bagaimana cara kita bertindak dan memutuskan atau bagaimana Tuhan mau kita bertindak atau memutuskan sesuatu.
Lalu kenapa kita masih belum puas dengan jawaban sederhana yang kita dapat dari Alkitab?
Aku pikir hal yang sangat sederhana, justru adalah sesuatu yang sulit untuk kita lakukan.
Kita bisa menghabiskan banyak waktu untuk membahas seluk beluk kenapa kehendak Tuhan itu mudah atau sulit dan dimana lagi kita bisa menemukan potongan pesan yang sama. Seorang perempuan dari kelas persekutuan Alkitabku suka bertanya selama pelajaran, “Apa itu? Apa ini?”
Mari menjawab rasa penasaranmu. Bayangkan, kamu dikirim ke perjalanan missionaris karena kamu mendengarnya secara langsung dari Tuhan. Banyak orang-orang yang rindu melakukannya. Lalu kamu menjadi pemimpin di grup misi itu, membawa mereka melalui sebuah kota dan bertemu dengan seorang paranormal yang mengejekmu.
Setelah beberapa waktu, dengan memanggil nama Yesus kamu mengusir roh jahat di dalam diri paranormal itu. Lalu berhasil. Kalian menang. Tapi sayang, kalian tidak mendapatkan pujian. Karena orang-orang yang mendapat penghasilan dari tenaga paranormal itu mulai tidak senang. Mereka lalu membawa kalian kehadapan hukum. Lalu kalian dipukuli dan dijebloskan ke dalam penjara.
Lalu kita akan berkata, “Tuhan, ini bukan kehendakMu kan? Engkau telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kami akan melakukan misi ini dan kami bahkan melakukan mujizat untuk Engkau! Sekarang kami terluka dan dipenjara. Aku bahkan tidak tahu cara untuk pulang, apalagi melakukan kehendakMu dari sini. Aku butuh telepon, aku butuh pengacara dan aku mau Engkau mengungkapkan kehendakMu yang sebenarnya sekarang. Dan tak ada lagi ketidaknyamanan saat melakukan apa yang Engkau mau kami lakukan!”
Keadaan ini membuat perjalanan missionarismu terhenti. Tapi tidak demikian dengan Rasul Paulus. Seperti tercatat dalam Kisah Para Rasul 16: 16-40, di tengah penderitaan yang dialaminya selama pelayanan Paulus justru senantiasa bersukacita. Dengan kondisi tubuh yang berlumuran darah dan kaki yang diikat, Paulus bernyanyi. Dia menyanyikan himne pujian. Dia juga bertekun dalam doa tanpa henti dan di ayat 25, di sana kita bisa baca kalau Paulus dan Silas berdoa.
Mereka melakukan hal sederhana yang Tuhan kehendaki. Sehingga Tuhan digerakkan untuk menyatakan mujizat-Nya. Gempa bumi pun menimpa penjara itu, memutuskan rantai pengikat Paulus dan Silas. Sementara tahanan lain masih tetap di tempat mereka. Seorang penjaga penjara sudah hampir bunuh diri dengan menghunus pedangnya, tetapi dia diselamatkan dan menerima Yesus saat itu juga.
Paulus dan Silas menunjukkan kerendahan hati, ucapan syukur dan sukacita mereka adalah kekuatan yang membebaskan. Tuhan sendiri melakukan cara-cara yang tak terduga untuk mencapai kehendak-Nya.
Jadi, sama seperti Paulus dan Silas, kehendak Tuhan atas hidup kita sudah ditentukan. Tugas kita adalah berjalan dengan rendah hati, bersyukur, bersukacita dalam segala keadaan dan bertekun dalam doa.
Kehendak Tuhan atas hidup kita memang sederhana. Tapi pada praktiknya, kita akan menghadapi hal-hal sulit saat melakukannya. Jadi, mari belajar dari Paulus.
Hak cipta Shawn McEvoy, disadur dari Crosswalk.com
Kamu diberkati dengan renungan harian kami? Jika kamu rindu supaya orang lain juga diberkati sepertimu, mari dukung kami untuk terus menjangkau melalui konten-konten yang kami sediakan lewat pelayanan media kami.
Kamu bisa menjadi mitra Jawaban.com dengan berdonasi 50 ribu setiap bulannya bersama kami. Kabar baiknya, bagi kamu yang berdonasi sebesar 250 ribu setiap bulannya akan mendapatkan bonus satu buah kaos Polo. Jadi, buat kamu yang tergerak untuk bergabung yuk DAFTAR DI SINI.