Matius 10: 39
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 128; Yohanes 5; Yeremia 32-33
Yesus menyampaikan pernyataan penting dan tidak lazim dalam Matius 10: 39. Dia menyebutkan bahwa setiap orang yang mempertahankan nyawanya akan kehilangan nyawa. Namun siapa yang kehilangan nyawanya karena Yesus, dia akan hidup.
Apa maksud Yesus tentang kehilangan nyawa demi Dia? Bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan hidup setelah kehilangan nyawa?
Dalam ayat ini, Yesus menekankan bahwa hidup sejati yang kekal hanya akan kita peroleh ketika kita menyerahkan hidup kita kepada Yesus. Hidup sejati di dalam Kristus merupakan kehidupan baru yang kita peroleh di dalam kerajaan surga.
Karena itulah Raja Salomo menyampaikan betapa sia-sianya hal yang kita lakukan selama hidup sementara di dunia.
“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pengkhotbah 1: 14)
Kita punya kesempatan setiap hari untuk menyerahkan hidup kita di bawah kaki Yesus sebagai respon dari kasih-Nya yang begitu besar. Sehingga kita bisa mengalami hidup berkelimpahan yang hanya kita dapatkan dari Tuhan.
Berserah adalah sikap dimana kita memposisikan hati kita untuk menerima berkat Tuhan sepenuhnya. Tuhan tidak pernah memaksa untuk memberi berkat-Nya atas kita. Dia tidak juga memaksakan diri untuk hadir dan mengasihi kita. Karena Dia adalah Tuhan yang panjang sabar dan setia menunggu kita untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya sebagai respon dari kasih-Nya yang besar atas kita. Sehingga kita bisa mengalami semua keajaiban yang Dia sediakan bagi kita.
Penting bagi kita untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan Sang Raja, Pencipta dan Penyedia kita. Karena itulah kita perlu berhati-hati dengan kesombongan yang rentan membuat kita gagal menjadi pribadi yang rendah hati. Hal inilah yang membuat Tuhan begitu membenci kesombongan.
“Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (Yakobus 4: 6)
Mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Matius 6: 33) membutuhkan kerendahan hati dan penyerahan diri secara total. Menjadi rendah hati bukan berarti menjadikan kita sebagai pribadi yang lemah. Sebaliknya, merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah satu-satunya sumber kekuatan kita. Seperti disampaikan Paulus dalam 2 Korintus 11: 30 bahwa dia terlebih ‘bermegah di dalam kelemahan’ karena dengan itu kuasa Tuhan dinyatakan.
Merendahkan diri dan berserah total di hadapan Tuhan, memposisikan kita siap menerima semua bala bantuan, kekuatan, bimbingan dan kasih yang kita butuhkan dari Tuhan. Karena Dia adalah lautan kasih, sumber pertolongan, sang penyembuh dan sumber kekuatan yang tak terkira. Roh Kudus yang diam di dalam kita juga bekerja sebagai penolong yang akan memenuhi semua kebutuhan kita.
Saat kita memilih untuk berserah di dalam semua rencana, tujuan dan kehendak Tuhan, kita akan mengalami kehidupan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Jadi hari ini bersediakah kamu untuk kehilangan nyawamu untuk mendapatkan hidup yang sejati di dalam Tuhan? Singkirkanlah lebih dulu segala kesombongan dan ambisi pribadi yang berkuasa atas hidupmu. Mari belajar untuk rendah hati di hadapan Tuhan.
Hak cipta First15, disadur dari Crosswalk.com