Tidak Perlu untuk Bersembunyi
Kalangan Sendiri

Tidak Perlu untuk Bersembunyi

Budhi Marpaung Official Writer
      5603

Ibrani 4:13

Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]mazmu137[/kitab]; [kitab]yohan14[/kitab]; [kitab]iitaw36[/kitab]

Ada contoh yang mencolok dari reaksi terhadap kelemahan yang kita miliki di dalam buku John Ortberg, The Life You’ve Always Wanted. Dia bercerita tentang bagaimana ia dan istrinya sedang bertukar pendapat di mobil Volkswagon super Beetle mengenai furnitur baru untuk rumah mereka: sofa berwarna ungu muda. Orang di toko furniture sudah memperingatkan mereka untuk tidak membeli bila mereka memiliki anak-anak kecil. "Anda tidak ingin sofa berwarna ungu muda," sarannya. "Pilihlah warna-warna tanah." Setelah berbincang-bincang, John dan istri akhirnya tetap memilih sofa berwarna ungu muda.

Sofa berwarna ungu muda pun tiba di rumah mereka. Suatu kali, istri John menemukan ada noda merah jelly di sofa. Istrinya pun memanggil dan membariskan anak-anak untuk menemukan pelakunya. Mallory adalah anak pertama yang diinterogasi. Dengan bibir gemetar dan mata berkaca-kaca, ia mengatakan, "Laura yang melakukannya." Belum sempat ditanya, Laura langsung menyangkalnya. Lalu mereka semua terdiam, untuk waktu yang lama. Tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun. John Ortberg tahu putri-putri tidak berbohong, karena mereka belum pernah melihat ibu mereka begitu marah. Dia tahu mereka tidak akan berdusta karena mereka sadar bahwa jika mereka berbuat itu, mereka akan menghabiskan kekekalan di kursi “time-out”. Dia tahu mereka tidak akan berbuat itu karena ia sendiri orang yang membuat noda jelly merah di sofa, dan ia tidak mengatakan apa-apa!

Ada beberapa pelajaran yang bisa di dalam Ibrani pasal keempat. Salah satunya adalah bahwa kita tidak bisa menyembunyikan siapa kita atau apa yang telah kita lakukan dari Allah. "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. "(Ibrani 4:12-13).

Bila saya melihat benar-benar diri saya, saya bisa membaca ayat-ayat tersebut dengan takut dan gentar. Begitu pun jika saya mengetahui bahwa perilaku saya, dan bahkan pikiran dan sikap saya ternyata terekspos di hadapan Allah, itu sungguh mengubah pemikiran saya. Dengan kata lain bahwa tidak ada tempat untuk bersembunyi.

Ketika Firman Tuhan mulai menelisik, kita menjadi tidak nyaman. Kita menemukan kelemahan-kelemahan kita saat Firman-Nya itu memotong apa yang ada di diri kita, memisahkan daging dari roh. Kita memiliki reaksi naluriah. Kita mungkin mengisolasi diri dari yang lain dan menjadi pribadi yang hidup tidak merasakan keamanan pribadi dan defensif. Kita dapat mencoba, tidak berhasil tentu saja, untuk bersembunyi dari Allah. Kita tidak berdoa, tidak ingin membaca Alkitab dan tinggal jauh dari orang-orang percaya lainnya. Hal-hal tersebut adalah bukanlah respon yang sehat dan sejujurnya tidak perlu ditunjukkan. Mengapa? Karena Yesus digambarkan dalam Kitab Ibrani adalah Imam Besar (Ibrani 5:10, Ibrani 6:20) yang bersimpati dengan kita dan mengundang kita untuk datang kepada-Nya bersama dengan kegagalan kita.

Putri John Foster mendengarkan radio di tahun 1930-an ketika datang pengumuman bahwa tank-tank Jepang telah menginvasi Canton, Cina. Dia adalah satu-satunya di ruang tersebut yang menangis. Bagi orang-orang lain yang ada di situ, Canton adalah tempat terpencil. Namun, dia pernah tinggal di sana dan mengetahui bahwa teman-teman dan tetangganya akan menderita di tangan Jepang. Baginya, Canton berarti rumah, perawat, sekolah dan teman-teman. Baginya, Canton adalah tempat yang dicintainya. Perbedaannya adalah bahwa dia pernah berada di sana.

Yesus pernah berada di mana kita berada, tetapi tanpa dosa. Dia mengundang kita untuk berani mendekati-Nya dalam kelemahan dan kegagalan kita. Dia mampu merasakan apa yang kita alami dan menyembuhkan kita. Takhtanya adalah takhta kasih karunia, bukan kutukan. Sungguh leganya berhenti bersembunyi dan menutupi sesuatu. Begitu gembiranya menemukan kasih karunia yang membantu kita pada saat membutuhkannya. www1.cbn.com / Wally Odum

Ketika datang Kepada Tuhan, Datanglah dengan Kejujuran dan Keterbukaan karena Sesungguhnya itulah yang Disukainya.

Ikuti Kami