Mengingat Kembali Pengorbanan Yesus di Kayu Salib
Kalangan Sendiri

Mengingat Kembali Pengorbanan Yesus di Kayu Salib

Puji Astuti Official Writer
      13598

Markus 15:24

Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing.

Bacaan Alkitab Setahun [kitab]Mazmu94[/kitab] ; [kitab]Lukas6[/kitab] ; [kitab]Ulang33-34[/kitab]
Jika membaca ayat di atas proses penyaliban Yesus Kristus sepertinya singkat, hanya dituliskan dalam satu kalimat, "Kemudian mereka menyalibkan Dia." Namun apakah pada kenyataanya sesingkat dan semudah itu?
Proses penyaliban yang sesungguhnya terjadi adalah seperti ini : salib dengan berat sekitar 50 kilogram yang sebelumnya dipikul oleh Yesus di taruh ke tanah. Yesus yang telah kelelahan dan penuh luka akibat dicambuk, gesekan kayu, terjatuh dan kesakitan akibat mahkota berduri yang tertancap dikepalanya kemudian dibaringkan di atas kayu salib itu.
Prajurit kemudian mengambil paku dan merentangkan tangan-Nya dan memaku-Nya di kayu salib pada pergelangan tangannya. Hal yang serupa dilakukan pada tangan yang satunya. Kemudian kayu itu didirikan, ketika salib itu sudah berdiri, salah satu kakinya ditaruh di atas kaki yang lainnya baru kemudian di paku. Saat itu berat badannya ditahan oleh paku yang ada di pergelangan tangnnya membuat rasa sakitnya tidak tertahankan.
Setelah itu, setiap otot pada tubuhnya seperti ditarik setiap Ia menarik nafas. Dalam kondisi hampir kehabisan darah, Yesus menahan rasa sakit selama berjam-jam dibawah terik matahari. Secara berlahan-lahan dan penuh rasa sakit, Yesus pun menghembuskan nafas-Nya yang terakhir.
Seringkali kita tidak menyadari bahwa penderitaan yang dialami Yesus Kristus di kayu salib begitu hebat, dan prosesnya sangat panjang. Semua itu Yesus lakukan karena cinta-Nya kepada manusia, termasuk Anda dan saya. Di hari Jumat Agung ini, mari kita merenungkan kembali pengorbanannya dan menghargai anugrah keselamatan yang telah Ia berikan bagi kita dengan hidup berkenan di hadapan-Nya.
Dosa kita dibayar lunas bukan dengan emas perak, namun dengan darah Yesus melalui proses penyiksaan yang menyakitkan. Mari kita hargai anugrah-Nya.


Ikuti Kami