Lukas 23: 28
Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!
Bacaan Alkitab Setahun: [kitab]Mazmu109[/kitab]; [kitab]Lukas21[/kitab]; [kitab]Hakim5-6[/kitab]
Menjelang Paskah, biasanya saya sibuk dengan persiapan perayaan, termasuk latihan drama tentang penyaliban Yesus yang tertulis secara jelas dalam Alkitab. Sambil berlatih saya membayangkan kondisi Yesus saat itu. Setelah pergumulan rohani yang berat di Getsemani tanpa tidur sedikit pun, setelah semua penderitaan fisik dan mental di depan pengadilan, tentulah tubuh yang penuh luka-luka itu sangat lelah dan lemah. Kondisi itu pula yang membuat Yesus tidak kuat memikul salib hingga harus meminta bantuan dari Simon dari Kirene.
Sepanjang perjalanan menuju Bukit Tengkorak, para pengikut Yesus tak henti menangisi penderitaan yang dialami-Nya. Namun secara mengejutkan Yesus justru menegur mereka agar tidak menangisi-Nya, melainkan menangisi diri mereka sendiri (Lukas 23: 28). Ia mengingatkan umat Israel akan kehancuran Yerusalem karena menolak Yesus. Bahkan penderitaan yang dahsyat akan ditanggung oleh keturunan mereka.
Meski begitu, Yesus tetap menghargai setiap ratap tangis kita atas penderitaan-Nya dikayu salib, namun Ia jauh lebih menghendaki agar kita mau menerima Dia. Penderitaan-Nya seharusnya membangkitkan kearifan tentang betapa lebih mengerikan penderitaan orang yang tidak hidup serasi dengan salib Yesus. Mereka tidak mungkin luput dari murka Allah. Siapakah orang-orang itu? Mungkin kita sendiri. Mungkin kerabat atau sahabat kita. Menyalibkan dosa berarti memilih untuk diperdamaikan dengan Tuhan. Dari itu, sudahkah kita mengambil komitmen untuk mau diperdamaikan dengan Allah dan mau mendorong orang lain mengambil langkah yang sama? Selamat menyalibkan dosa.
Darah-Mu Yesus sucikan Aku, Darah-Mu Yesus bebaskanku. Darah-Mu Yesus sucikan aku, ku dijadikan baru.