Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 58; Markus 2; Imamat 26-27
Di perkotaan yang besar seperti Jakarta sangat sulit sekali menemukan orang yang jujur dan baik. Seorang teman pernah berkata, "orang kalau udah kenal uang susah jadi orang jujur dan baik. Orang baik mungkin, tapi kalau jujur pikir-pikir dulu deh. Soalnya kalau jujur di sini mah gak bakalan bisa kaya atau kalau dia kerja, karirnya pasti biasa-biasa aja." Mendengar perkataan tersebut, saya jadi introspeksi diri, "apakah saya sudah menjadi orang Kristiani yang jujur dan baik?" Semenjak saat itu pula saya mengambil sikap untuk menata kehidupan masa depan dengan kejujuran dan kebaikan karena saya tahu hal tersebut menyenangkan hari Tuhan.
Dalam kitab Keluaran 23, prinsip kejujuran dan kebaikan diberikan secara bersamaan bagi bangsa Israel dalam hukum yang diberikan Allah untuk mereka. Mereka harus cukup jujur untuk mengembalikkan ternak yang tersesat kepada pemiliknya, meskipun orang itu adalah musuh (ayat 4). Mereka harus cukup baik hati kepada musuh mereka untuk menolong keledai yang keras kepala agar berdiri (ayat 5). Mereka harus sangat perhatian sehingga orang miskin diperlakukan secara adil dan diberi pertolongan, meski jika hal itu dilakukan dapat mendatangkan kerugian (ayat 6-9). Para pemilik tanah harus harus membiarkan lahan mereka pada tahun yang ketujuh dan mengizinkan orang-orang miskin dengan bebas mengumpulkan sedikit hasil dari ladang tersebut (ayat 10,11).
Orang yang jujur bisa menjadi orang yang kejam. Orang yang baik hati bisa menjadi lembek dan terlalu memperhatikan kebenaran. Namun, jika Anda menempatkan kejujuran dan kebaikan bersama-sama, keduanya akan menjadi pasangan hebat yang menghormati Allah dan memberkati sesama.
Hidup seturut perintah Allah sangat sulit bila dilakukan dengan kekuatan sendiri, tetapi bersama Roh Kudus segalanya menjadi lebih mudah.