Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 102; Lukas 23; Yehezkiel 9-10
Istilah "pelet rohani" ini saya dapatkan dari hamba Tuhan, Indri Pardede. Beliau beranggapan bahwa orang Kristen sejati seharusnya tidak menjadi orang yang aneh, kuper, atau dijauhi dalam masyarakat. Sebaliknya, ia "disukai semua orang" (kis 2:47a) bagaikan magnet yang daya tariknya tak dapat ditahan. Jemaat mula-mula adalah contoh orang-orang dengan pelet rohani yang dahsyat.
Apa rahasianya menjadi seseorang yang memiliki pelet rohani? Sederhana saja. Ia harus "penuh oleh Roh" (Ef 5:18). Paulus menuliskan bahwa jika hidup seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, maka ada 4 hal yang pasti akan berubah dalam dirinya. Empat hal inilah yang kemudian akan berfungsi sebagai pelet rohaninya.
Pertama, ia selalu berkata-kata yang baik, ia tidak bicara jelek tentang orang lain, bergosip, atau memfitnah. Kata-kata yang diucapkannya menjadi berkat bagi sesama, memberi dorongan, dan penghiburan. Kedua, ia akan memiliki sukacita sejati yang sifatnya vertikal (ditentukan oleh hubungannya dengan Tuhan) bukan horisontal (tergantung kejadian-kejadian dalam hidup). Ia tidak akan terus-menerus bete atau depresi, tapi sukacita akan terpancar dari wajah dan sikapnya.
Ketiga, ia selalu mengucap syukur. Artinya ia mampu melihat yang positif dan bukan hanya terpaku pada yang negatif. Terakhir, ia rendah hati. Ia tidak menjadi sok aksi seiring bertambahnya kesuksesan. Malah ia semakin merunduk bagaikan padi yang bernas. Siapa yang tak akan terpikat orang semacam ini?
Kunci pergaulan yang berhasil adalah hati yang dipenuhi Roh Kudus.