Ayat Renungan: Matius 25: 42-43 – “Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.”
Alkitab mengajarkan kita bahwa hakikat dari mengalami kebahagiaan sejati adalah bagaimana kita dapat menolong orang lain.
Tuhan Yesus menjelaskan dalam Matius 25: 42-45 bahwa kasih kita kepada-Nya tercermin dari cara kita memperlakukan orang-orang di sekitar kita, terutama yang paling rentan. Artinya, kita dipanggil untuk menjadi tangan dan kaki Kristus, bukan hanya melalui kata-kata tetapi juga perbuatan kita.
Kita tidak harus menjadi kaya untuk menolong, tetapi semua orang memiliki sesuatu untuk diberikan: waktu, perhatian, penghiburan, atau tenaga. Tuhan Yesus memberikan contoh tindakan yang penuh teladan kasih melalui kerelaan-Nya melayani orang-orang yang patah hati, yang terluka dan yang terbuang. Ini menjadi pengingat bahwa iman kita harus disertai dengan tindakan nyata, seperti hadir menjadi sumber sukacita bagi orang yang kesepian, memberi makan orang yang lapar atau sekadar menjadi pendengar bagi mereka yang sedang kesusahan.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjadi tangan yang memberi dan kaki yang melangkah ke arah orang-orang yang membutuhkan? Dalam Yakobus 2:17, dikatakan, “Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati.” Maka, iman kita menjadi hidup ketika kasih kita melibatkan tindakan.
Doa Bersama:
“Tuhan, tolong aku untuk melihat kebutuhan di sekelilingku dan meresponinya dengan kasih-Mu. Ajari aku menjadi tangan yang memberi dan kaki yang melangkah untuk melayani orang lain dengan tulus. Minggu ini, bukalah mataku untuk menemukan mereka yang membutuhkan dan mampukan aku menjadi saluran berkat bagi mereka. Amin.”