Mengucap Syukur Adalah Pilihan
Kalangan Sendiri

Mengucap Syukur Adalah Pilihan

Lori Official Writer
      76

Shalom saudara yang dikasihi Tuhan. Kita jumpa kembali hari ini di dalam kasih dan kemurahan Tuhan. Hari ini kita akan kembali belajar bagaimana bahkan di tengah keadaan yang paling sulit sekalipun kita diajak untuk bersyukur.

 

Ayat Renungan: 1 Tesalonika 5: 18 - “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

 

Untuk kita bisa mengucap syukur dalam segala keadaan, seperti keadaan yang menekan, ekonomi yang sulit hingga keluarga yang sedang porakporanda, itu pasti sulit! Itu adalah masa yang tidak mudah. 

Di dalam 1 Tesalonika 5: 18 disampaikan “supaya kita bisa mengucap syukur dalam segala keadaan.” Jadi untuk kita bisa mengucap syukur di dalam hal sulit, masa yang berat dan dalam keadaan duka, itu adalah sebuah pilihan. 

Karena dihadapan kita dipertontonkan sesuatu yang menguras tenaga dan pikiran kita untuk marah dan kecewa. Tetapi Firman Tuhan mengajak kita untuk mengucap syukur. Dua sisi yang berbeda ini ada dihadapan kita dan kita perlu mengambil pilihan. Karena dengan mengambil pilihan, kita mulai bertindak lalu mengucap syukur. Ini adalah tindakan seorang pemberani karena dia sedang mempercayakan dirinya kepada Tuhan. 

Saat kebutuhan semakin meningkat, sementara keuangan kita terbatas, kita diberi pilihan apakah mengucap syukur atau kita justru marah dan berusaha keras untuk memenuhinya sendiri? Atau kita mau mengucap syukur dan percaya Tuhan yang memelihara hidup kita. 

Kita perlu mencukupkan diri dengan apa yang ada, bukan mencari-cari yang tidak ada atau bahkan bekerja keras dan lupa untuk mengucap syukur. 

Hari ini pesannya adalah mengucap syukur adalah pilihan. Karena itu, bersyukurlah dengan apa yang ada supaya hati kita menjadi damai.

 

Momen Refleksi:

1. Kapan terakhir Anda bisa bersyukur dengan hal-hal yang sangat sederhana dalam hidupmu? 

2. Hari ini buatlah beberapa daftar kenapa Anda perlu mengucap syukur.

 

© Maria Kaesmetan, Spiritual Life CBN

Ikuti Kami